Kisah Tukang Buku Bekas di Yogyakarta yang Bertahan di Era Digital

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Kisah Tukang Buku Bekas di Yogyakarta yang Bertahan di Era Digital

Kehidupan di Kompleks Toko Buku Taman Pintar Yogyakarta

Di tengah arus digitalisasi yang semakin deras, banyak orang beralih ke bacaan daring. Namun, di Jalan Sriwedani, Ngupasan, Yogyakarta, Kompleks Toko Buku Taman Pintar masih berdiri tegak. Tempat ini menjadi salah satu ikon yang mempertahankan tradisi membaca dengan buku fisik.

Ribuan buku, sebagian dari mereka sudah berusia puluhan tahun, tersusun rapi menanti tangan para pencari literatur klasik. Suasana khas aroma kertas tua dan deretan rak kayu seolah mengingatkan pengunjung bahwa ada pengalaman membaca yang tidak bisa digantikan oleh layar gawai. Setiap hari, ratusan toko buku bekas di kawasan ini buka dari pukul 08.00 hingga 19.00 WIB.

Salah satu tokonya adalah Toko Buku Cahaya Ilmu, milik Latif (62). Usahanya telah berdiri sejak 1987, awalnya berjualan lesehan berpindah-pindah. Pada tahun 1990, ia pindah ke Shopping Center Yogyakarta, yang kini menjadi Taman Pintar. Lalu pada tahun 2005, saat gedung direnovasi, barulah ia direlokasi ke tempat ini.

Meski sempat mencoba kembali berjualan lesehan dua minggu setelah relokasi, ia mendapati cara itu tidak banyak mendatangkan pembeli. Pada 2022, ia memutuskan kembali ke kompleks Taman Pintar. Menurutnya, berjualan di satu lokasi bersama pedagang lain justru lebih menguntungkan. “Jika satu toko tidak punya buku yang dicari, pembeli bisa menemukannya di toko lain,” ujarnya.

Pasar Tersendiri untuk Buku Bekas

Pandemi COVID-19 menjadi ujian berat bagi penjualan buku. Namun, Latif yakin buku bekas memiliki pasar tersendiri. “Yang banyak datang ke sini justru kebanyakan bukan mahasiswa. Mereka biasanya para kolektor dan pecinta buku, mulai dari Jakarta hingga Malaysia,” tuturnya.

Buku-buku yang ia jual biasanya berasal dari mahasiswa, pengepul, atau bahkan pencarian lewat media sosial. Ia menekankan pentingnya menjual buku asli. “Kalau buku original tulisan di sampul biasanya timbul. Isi tulisannya juga jelas dan tidak miring-miring. Kalau untuk kamus bisa dilihat kertasnya dijahit atau dilem,” jelasnya.

Tidak jauh dari tokonya, Hasar (44) meneruskan usaha keluarganya melalui Toko Buku Empat Putra. Sama seperti Latif, tokonya juga hasil relokasi dari Shopping Center. Bedanya, konsumen Hasar lebih banyak mahasiswa yang mencari literatur akademik. “Misalnya soal pertanian, ada agronomi, ada ilmu tanah. Kalau soal peternakan, ada soal produksi atau kesehatan ternak,” katanya.

Buku Langka dan Pengalaman Membaca

Di antara koleksinya, Hasar menyimpan buku paling langka: Spell terbitan 1836. “Buku itu soal ahli kimia di zaman kegelapan Eropa. Karena kimia masih tabu, jadi dikaitkan dengan mitologi,” paparnya. Ia mengakui tidak membaca semua buku yang dijual, tetapi mengandalkan teknik mengingat judul dan isi.

Meski begitu, sejak kecil ia sudah akrab dengan dunia literasi. “Saat SD, saya dibiasakan untuk membaca buku cerita pendek bersambung. Saat sudah selesai baca satu bundel, orang tua meminta saya menceritakan kembali,” kenangnya.

Kini, ketika teknologi digital kian mendominasi, Hasar justru melihat buku fisik tetap punya daya tarik. “Justru saya merasa tertolong oleh buku bekas. Meskipun banyak e-book dan PDF, namanya baca di hp atau laptop, orang merasa itu tidak bagus untuk kesehatan,” ujarnya.

Tradisi Membaca yang Tak Tergantikan

Kisah Latif dan Hasar menggambarkan keteguhan para pedagang buku bekas Yogyakarta. Di tengah gempuran zaman, mereka tetap menjadi penjaga ingatan kolektif sekaligus penghubung antargenerasi pembaca. Di balik lembaran-lembaran tua itu, tersimpan bukti bahwa tradisi membaca tidak lekang oleh digitalisasi.