
Pengalaman Penuh Sesak di Stasiun Kebayoran Saat Kembali dari Demo DPR
Pulang dari liputan demonstrasi di depan Gedung DPR/MPR, perjalanan saya berakhir dengan pengalaman yang tidak terlupakan. Malam itu, Senin (25/8/2025), saya mengalami kepadatan yang luar biasa di Stasiun Kebayoran. Perjalanan yang seharusnya lancar menjadi sangat rumit akibat antrian panjang dan kepadatan penumpang.
Jalur Tanah Abang–Rangkasbitung yang tidak berhenti di Stasiun Palmerah menyebabkan ribuan penumpang terjebak di Stasiun Kebayoran. Sejak pukul 22.00 WIB, antrean sudah mengular hingga tangga peron. Penumpang saling berhimpitan menunggu kereta yang tak kunjung datang. Saya sendiri awalnya berniat pulang melalui Stasiun Palmerah karena lebih dekat dari lokasi kantor di Gatot Soebroto. Namun, setelah KAI Commuter mengumumkan akses terbatas KRL di Palmerah, saya memutuskan untuk memesan ojek online ke Stasiun Kebayoran.
Perjalanan dari tempat kerja ke Stasiun Kebayoran berjalan lancar pada awalnya. Namun, ketika mendekati Pasar Kebayoran, kendaraan tidak bisa bergerak. Akhirnya, saya terpaksa turun dan berjalan beberapa meter menuju stasiun. Ketika sampai di Stasiun Kebayoran, suasana yang saya temui membuat saya kaget. Dari sisi kiri maupun kanan eskalator sama-sama padat. Bahkan ada penumpang yang duduk sambil membuka laptop atau bermain game untuk mengisi waktu.
Saya sendiri masih mengerjakan pekerjaan menggunakan handphone hingga pukul 22.00 WIB. Saat itu belum ada KRL ke Rangkasbitung dari Tanah Abang. Baru pada pukul 22.13 WIB, kereta tiba, tetapi kondisinya sudah penuh sesak dari Tanah Abang atau Palmerah. Tidak ada pilihan lain selain berdesak-desakan atau menunggu terlalu lama.
Saya sengaja pulang lebih malam dengan harapan penumpang akan lebih lengang. Sayangnya, ternyata semua orang memiliki pikiran yang sama. Akhirnya, saya memutuskan untuk menyerah dan memilih naik taksi online menuju Stasiun Serpong, tempat saya memarkir motor. Tarif taksi lumayan menguras kantong, yaitu Rp110 ribu, ditambah biaya tol sebesar Rp26.500.
Saya memesan taksi pukul 22.30 WIB. Saya sengaja menunggu di tempat strategis agar taksi datang lebih cepat. Motor yang sejak pagi saya titipkan di Stasiun Serpong harus diambil malam itu juga agar biaya parkir tidak membengkak karena harus menginap. Praktis, taksi yang saya tumpangi tidak langsung ke rumah, melainkan ke tempat parkiran stasiun.
Perjalanan pulang akhirnya terbagi menjadi beberapa tahap. Dari Jalan Gatot Soebroto ke Kebayoran, lalu dilanjutkan naik taksi ke Serpong, sebelum benar-benar sampai rumah. Semua demi menghindari keruwetan transportasi umum usai demonstrasi di gedung DPR RI.
Beberapa hari setelah kejadian tersebut, Tol Dalam Kota kembali dibuka setelah sempat ditutup akibat demo di Gedung DPR. Meski begitu, pengalaman ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya perencanaan transportasi saat situasi darurat seperti demo berlangsung.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!