
Kasus Penculikan dan Pembunuhan Kepala Cabang Bank BUMN Terungkap
Kasus penculikan dan pembunuhan Mohamad Ilham Pradipta (37), yang merupakan Kepala Cabang Pembantu (KCP) dari sebuah bank BUMN, terus menjadi perhatian publik. Dalam penjelasan yang diberikan oleh pengacara para tersangka, Adrianus Agau, diketahui bahwa motif ekonomi menjadi alasan utama di balik tindakan para pelaku.
Adrianus mengungkapkan bahwa empat tersangka, yaitu AT, RS, RW, dan RAH, ditawari uang puluhan juta rupiah untuk melakukan penjemputan paksa terhadap korban. Menurutnya, para pelaku menerima tugas ini karena diiming-imingi sesuatu. Meskipun tidak menyebutkan jumlah pasti, ia menegaskan bahwa uang muka yang diterima oleh para tersangka tidak melebihi Rp 50 juta dan sudah disita oleh penyidik.
Tugas awal dari para pelaku adalah menjemput Ilham dari supermarket di Pasar Rebo, Jakarta Timur, lalu membawanya ke kawasan Cawang. Namun, beberapa jam kemudian mereka kembali dipanggil untuk mengantarkan korban pulang. Saat itu, mereka menemukan bahwa Ilham sudah meninggal dunia.
Rasa Takut dan Tekanan
Situasi memburuk ketika para pelaku diminta untuk membuang jenazah korban di Nagasari, Kabupaten Bekasi. Adrianus menyatakan bahwa para tersangka tidak mengetahui bahwa pekerjaan mereka akan berujung pada kematian. Ia menegaskan bahwa jika mereka mengetahui hal tersebut, tentu mereka akan menolak tugas tersebut.
“Kalau mereka tahu bahwa pekerjaan ini sampai terjadi mengakibatkan kematian, saya yakin sebagai orang yang beragama dan kami juga sebagai orang Katolik pasti kami menolak pekerjaan seperti ini,” ujar Adrianus.
Tiga Kluster Peran dalam Kasus Ini
Dalam kasus ini, Adrianus menjelaskan adanya tiga kluster peran, yaitu pengintai, penculik, dan eksekutor. Kliennya hanya berada di kluster penjemputan paksa dan menyerahkan korban kepada eksekutor berinisial F.
“Adik-adik kami ini mereka perannya hanya untuk menjemput paksa dan memberikan ke mereka (eksekutor),” katanya.
Adrianus juga menyampaikan permohonan maaf mewakili kliennya kepada keluarga korban. Ia menegaskan bahwa motif ekonomi menjadi alasan para penculik menerima pekerjaan tersebut.
“Jadi intinya kami dari keluarga kami memohon maaf terhadap keluarga korban bahwa adik-adik kami juga menerima pekerjaan ini karena diiming-imingi sesuatu,” tutur Adrianus.
Awal Tragedi yang Menggemparkan
Peristiwa tragis ini bermula ketika Ilham ditemukan tewas di persawahan Kampung Karangsambung, Desa Nagasari, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, pada Kamis (21/8/2025) sekitar pukul 05.30 WIB. Mayat korban ditemukan dalam kondisi tangan dan kaki terikat, mata terlilit lakban, serta tubuh penuh luka lebam.
Sebelumnya, Ilham diculik dari supermarket di Pasar Rebo. Berdasarkan rekaman CCTV, korban mengenakan kemeja batik cokelat berlengan pendek dan celana panjang krem. Ia sempat menutupi kepala dengan tangan kiri untuk menghindari rintik hujan. Saat hendak masuk ke mobil hitam, beberapa orang dari mobil putih yang terparkir di dekatnya langsung menyergapnya. Korban sempat berusaha melawan, namun gagal, dan mobil pelaku segera melaju meninggalkan lokasi.
Polisi kemudian berhasil menangkap empat pelaku utama yang diduga sebagai otak penculikan. Hingga saat ini, total delapan orang tersangka telah diringkus aparat Polda Metro Jaya, membongkar jaringan yang menjadi awal tragedi ini.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!