Indonesia Buka Peluang Besar untuk Investor Tiongkok dan Hong Kong di Puncak Belt and Road 2025

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Indonesia Menunjukkan Kesiapan Menghadapi Tantangan Ekonomi Global

Indonesia menunjukkan kesiapan dan optimisme dalam menghadapi tantangan ekonomi global, sekaligus membuka peluang investasi yang lebih luas bagi mitra internasional. Pernyataan ini disampaikan oleh Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan dan Pengembangan Usaha BUMN Kemenko Perekonomian RI, Ferry Irawan, dalam Special Address Session Belt and Road Summit ke-10 di Hall 5B Main Forum, Hong Kong Convention and Exhibition Centre, pada Kamis (11/9/2025).

Ferry menyampaikan bahwa meskipun Indonesia menghadapi berbagai tantangan ekonomi global, negara ini tetap optimistis. Gejolak ekonomi global dipengaruhi faktor eksternal, namun kekuatan domestik Indonesia tetap solid. Dalam dua dekade terakhir, konsumsi rumah tangga tumbuh sekitar 5 persen, sementara investasi menyumbang lebih dari 80 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Aktivitas manufaktur juga positif, terlihat dari Purchasing Managers’ Index (PMI) yang berada di level 51,5.

Pada semester pertama tahun ini, investasi yang masuk mencapai sekitar 56 juta dollar AS (Rp 924 miliar) dari target 150 juta dollar AS (Rp 2,48 triliun), atau sekitar 30 persen. Angka ini mencerminkan pentingnya solidaritas dan penyebaran informasi ekonomi yang merata.

Untuk periode 2025–2026, Indonesia menargetkan pertumbuhan yang lebih tinggi melalui sektor industri, jasa, pertanian, dan konstruksi. Pemerintah memprioritaskan realisasi industri hijau dan percepatan investasi. Pada 2026, target investasi mencapai 455,24 juta dollar AS (Rp 7,51 triliun).

Saat ini, terdapat 428 proyek dan 16 program strategis nasional dengan total nilai sekitar Rp 394 triliun. Enam proyek di antaranya didukung mitra China, bernilai 14 juta dollar AS (Rp 231 miliar), mencakup industri, vegetasi, dan manufaktur. Salah satu kerja sama industri melibatkan empat perusahaan China dengan nilai total 3,55 juta dollar AS (Rp 58,6 miliar). Salah satunya telah beroperasi sejak 2021 dan memproduksi 11.696 unit motor hingga Juli, menargetkan pertumbuhan produksi 10 persen dalam 20 tahun.

Fokus pada Pembangunan Ibu Kota Nusantara

Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) juga menjadi fokus utama. Proyek ADF di Nusantara bernilai awal 28,4 juta dollar AS (Rp 468,6 miliar) dan ditargetkan berkembang hingga 2045. Selain itu, proyek Jakarta-Bandung High-Speed Railway (KCJB) berinvestasi sekitar 7,6 miliar dollar AS (Rp 125,4 triliun), menyerap 90 persen tenaga kerja lokal, melayani lebih dari 11 juta penumpang, dan diperkirakan memberi kontribusi 0,6 persen terhadap PDB Jakarta dan Jawa Barat.

Ferry menegaskan bahwa proyek-proyek strategis ini memperkuat infrastruktur, membuka lapangan kerja, mendorong pertumbuhan regional, dan memungkinkan alih teknologi. Ia juga menegaskan bahwa Indonesia terus menyambut investasi dari berbagai negara, termasuk Hong Kong dan China, khususnya di sektor teknologi dan infrastruktur digital.

Menurut Ferry, kerja sama lintas negara melalui Belt and Road Initiative memberi kesempatan mempererat hubungan, memperkuat aktivitas ekonomi, dan mendorong pembangunan inklusif. "Mari kita ubah peluang ini menjadi kemajuan yang bertahan lama bagi rakyat dan pemerintahan kita," ujarnya.

Perkembangan Belt and Road Summit

Sejak pertama kali digelar pada 2016, Belt and Road Summit telah berkembang menjadi salah satu platform kerja sama internasional terkemuka. Selama sembilan edisi sebelumnya, forum ini menghadirkan lebih dari 700 pembicara dari 30 negara dan region, melibatkan lebih dari 660 peserta pameran, serta menarik lebih dari 45.000 peserta dari 120 negara.

Summit juga telah memfasilitasi sekitar 5.400 pertemuan bisnis dan mendukung lebih dari 2.000 proyek, termasuk kesepakatan di bidang infrastruktur, keuangan, teknologi, hingga pengembangan hijau. Patrick Lau, Wakil Direktur Eksekutif Hong Kong Trade Development Council (HKTDC), lembaga yang menjadi penyelenggara bersama Belt and Road Summit, menambahkan bahwa acara ini tetap menjadi jembatan penting kerja sama internasional sepanjang penyelenggaraannya. "Summit ini membuka akses pasar baru, memperdalam kolaborasi, dan mewujudkan kemitraan Belt and Road," ujarnya.