Banjir Parah Mengguncang Bali, Pelajaran Kesiapsiagaan yang Penting

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Banjir Hebat di Bali, Luka yang Tidak Mudah Sembuh

Bali, pulau yang dikenal sebagai surga wisata dunia, kini menghadapi luka mendalam akibat bencana banjir yang terjadi pada 9–10 September 2025. Hujan ekstrem yang turun tanpa henti selama lebih dari 24 jam berubah menjadi bencana banjir terparah dalam sepuluh tahun terakhir. Dampaknya menjangkau enam kabupaten/kota di Bali, yaitu Denpasar, Badung, Gianyar, Jembrana, Klungkung, dan Tabanan. Ketinggian air mencapai 2 hingga 3 meter, membuat keadaan semakin memprihatinkan.

Suasana yang biasanya ramai dengan para wisatawan kini berubah drastis. Jalan-jalan yang sering dipenuhi pengunjung kini sunyi, digantikan oleh suara sirene, teriakan evakuasi, dan tangisan dari warga yang kehilangan rumah. Di wilayah Kuta dan Legian, turis asing dievakuasi dalam kepanikan. Ratusan rumah roboh, puluhan kepala keluarga kehilangan tempat tinggal, dan pasar-pasar tradisional yang menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat tenggelam dalam lumpur. Bahkan, beberapa situs budaya di Denpasar juga terkena dampak banjir.

Dari segi korban jiwa, tercatat sembilan orang meninggal dunia dan dua orang masih hilang. Selain itu, kerusakan terjadi di 123 titik banjir, 18 titik longsor, serta jembatan dan ruas jalan yang terputus. Keadaan ini menyebabkan Bali benar-benar lumpuh sementara waktu.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa curah hujan di beberapa titik mencapai 385,5 mm per hari, jauh melampaui ambang batas hujan ekstrem sebesar 150 mm/hari. Fenomena gelombang Rossby serta kelembapan udara yang tinggi disebut sebagai penyebab utama. Gubernur Bali, Wayan Koster, menyampaikan dengan nada sedih bahwa ini adalah hujan terberat yang pernah dialami, dan banjir ini menjadi yang terparah dalam satu dekade terakhir.

Pemerintah Provinsi Bali menetapkan status darurat bencana selama sepekan. Tim SAR gabungan, BPBD, aparat TNI-Polri, serta relawan lintas komunitas bekerja cepat untuk mengevakuasi warga, menyelamatkan turis, dan membuka dapur umum. Meskipun upaya dilakukan, bencana ini bukan hanya musibah alam, tetapi juga menjadi alarm bagi sistem kesiapsiagaan dan infrastruktur Bali.

Banjir besar tidak hanya menyisakan kerusakan fisik, tetapi juga membuka pintu bagi ancaman kesehatan. Air yang tercemar, nyamuk yang berkembang biak, serta stres dan trauma psikologis mengintai para penyintas. Di titik inilah edukasi kesehatan menjadi senjata penting untuk memutus rantai risiko.

Langkah Kesehatan di Tengah Banjir

Pencegahan Penyakit:
- Air minum harus aman, direbus atau menggunakan air kemasan.
- Makanan harus matang dan tidak terkontaminasi.

Hindari Luka Terbuka:
- Luka sekecil apa pun harus segera dibersihkan dan ditutup agar terhindar dari infeksi.

Lawan Gigitan Serangga:
- Gunakan kelambu atau obat nyamuk untuk mencegah DBD, malaria, dan chikungunya.

Jaga Kesehatan Mental:
- Trauma bencana nyata adanya. Dukungan psikososial dari keluarga, kerabat, dan petugas kesehatan harus terus hadir.

Pantau Gejala:
- Demam, diare, sesak napas tidak boleh diabaikan; segera menuju fasilitas kesehatan.

Pakaian Pelindung:
- Gunakan sepatu karet dan pakaian tertutup saat beraktivitas di area banjir.

Edukasi Kesehatan untuk Masyarakat

Kebersihan dan Sanitasi:
- Mengelola sampah dan menjaga lingkungan agar tidak menjadi sumber penyakit.

Penyakit Pascabanjir:
- Masyarakat perlu mengenali gejala diare, leptospirosis, infeksi kulit, dan segera melapor jika muncul tanda-tandanya.

Protokol Evakuasi:
- Meninggalkan lokasi banjir dengan tenang dan memahami pertolongan pertama dasar.

Akses Layanan Kesehatan:
- Informasi jelas tentang posko kesehatan dan nomor darurat harus tersebar luas.

Dukungan Psikososial:
- Menjaga komunikasi, saling menguatkan, dan bersama-sama melewati masa sulit.

Edukasi kesehatan ini harus disampaikan secara komunikatif, sederhana, dan bisa menjangkau semua kalangan, baik melalui pengeras suara, brosur, video singkat, maupun tatap muka oleh relawan kesehatan.

Bencana di Bali bukan hanya cerita tentang curah hujan ekstrem, tetapi juga tentang bagaimana kita menyiapkan diri menghadapi krisis. Ia adalah pengingat bahwa pariwisata dan modernisasi tanpa infrastruktur tangguh hanyalah istana pasir di tepi pantai yang indah namun rapuh.

Ketika air surut, pekerjaan rumah besar menanti: memperkuat sistem peringatan dini, membangun drainase dan tata kota yang lebih adaptif, serta menanamkan budaya kesiapsiagaan pada setiap warga. Karena bencana tidak bisa dihindari, tapi dampaknya bisa dikurangi jika kita memilih untuk belajar.

Bali sedang bercerita. Bukan tentang keindahan pantainya, melainkan tentang keberanian warganya untuk bangkit dari "air bah".