
Kematian Zara Qairina Mahathir Menghebohkan Media Sosial
Kasus kematian Zara Qairina Mahathir, seorang siswi kelas satu Sekolah Menengah Kebangsaan Agama (SMKA) Tun Datu Mustapha di Sabah, Malaysia, telah menjadi perbincangan hangat di media sosial. Zara ditemukan tewas di area sekolah dan dikabarkan meninggal akibat terjatuh. Namun, pihak keluarga tidak percaya bahwa kejadian tersebut terjadi secara alami.
Berdasarkan kondisi luka dan posisi tubuh Zara saat ditemukan, keluarga meragukan klaim bahwa kematian itu disebabkan oleh jatuh sendiri. Hal ini memicu berbagai spekulasi dan pertanyaan mengenai proses penyelidikan yang dilakukan oleh aparat kepolisian.
Penyelidikan Terhadap Tiga Perwira Polisi
Devisi Profesi dan Pengamanan (Propam) dari Departemen Integritas dan Kepatuhan Standar Kepolisian Malaysia (JIPS) akan melakukan pemeriksaan terhadap tiga perwira polisi yang terlibat dalam penyelidikan awal kasus kematian Zara Qairina. Wakil Inspektur Jenderal Polisi, Ayob Khan Mydin Pitchay, menyatakan bahwa JIPS telah membuka berkas penyelidikan disiplin terhadap kepala polisi distrik dengan pangkat inspektur.
Selain itu, kepala divisi investigasi kriminal distrik dengan pangkat Asisten Inspektur Polisi (ASP), serta petugas investigasi dengan pangkat inspektur, juga akan diperiksa. Ketiganya diduga tidak mematuhi prosedur operasi standar (SOP) selama penyelidikan kasus kematian Zara Qairina.
Petugas JIPS Bukit Aman akan segera datang ke Sabah untuk mengambil keterangan dari ketiga perwira tersebut. Penyelidikan ini terkait dengan ketidakpatuhan terhadap SOP penyelidikan dan pengawasan petugas penyidik. Jika terbukti ada pelanggaran, tindakan tegas akan diambil terhadap penyidik dan atasan yang bertanggung jawab.
Penemuan Awal Investigasi Propam
Pada Rabu (13/8/2025), Direktur Departemen Investigasi Kriminal Bukit Aman, M Kumar, mengumumkan bahwa temuan awal investigasi Propam menemukan adanya unsur ketidakpatuhan terhadap SOP oleh petugas investigasi terkait kematian Zara Qairina.
Zara, siswa kelas satu dari sebuah sekolah agama, meninggal di Rumah Sakit Queen Elizabeth, Kota Kinabalu, Sabah pada 17 Juli 2025 setelah dirawat sehari sebelumnya. Ia ditemukan tidak sadarkan diri di saluran pembungan dekat Sekolah Menengah Kebangsaan Agama Tun Datu Mustapha, asrama Papar, pada pukul 4 pagi tanggal 16 Juli 2025.
Penyebar Informasi Palsu di TikTok
Komisi Komunikasi dan Multimedia Malaysia (MCMC) dan Kepolisian Malaysia (PDRM) tengah berupaya mengidentifikasi seorang pengguna TikTok yang mengaku sebagai dokter bedah. Pengguna tersebut menyatakan terlibat dalam otopsi Zara Qairina Mahathir.
Dalam siaran langsung di platform TikTok, dokter bedah itu memberikan gambaran kesimpulan yang beragam seolah-olah Zara Qairina melompat dari gedung sekolah sendirian. Menteri Komunikasi, Datuk Fahmi Fadzil, menyatakan bahwa pengguna tersebut mengaku hadir dan terlibat dalam otopsi jenazah Zara Qairina pada 10 Agustus 2025.
Namun, penelusuran Kementerian Kesehatan Malaysia mengonfirmasi bahwa pengguna TikTok tersebut bukan dokter spesialis bedah. Orang tersebut telah menyebarkan berbagai informasi yang belum diverifikasi dalam siaran langsung TikTok, sehingga menimbulkan kesan bahwa hal-hal yang diungkapkan benar-benar terjadi dan sayangnya isi siaran tersebut telah menjadi viral dan menyebabkan kebingungan publik.
Tindakan Hukum Terhadap Pengguna TikTok
Polisi telah mengidentifikasi akun TikTok tersebut dengan nama pengguna @berjuanguntukzara. Kepolisian sedang mencari keberadaan orang tersebut dan terancam didakwa dengan Seksyen 4(1) Akta Hasutan 1948, Seksyen 505(b) Qanun Keseksaan, dan Seksyen 233 Akta Komunikasi dan Multimedia 1998.
Perbuatan pengguna TikTok tersebut dinilai telah menimbulkan kegaduhan publik dan mengganggu proses penyelidikan kasus kematian Zara Qairina yang sedang berjalan. Selain itu, tindakan ini juga dianggap mengganggu ketenteraman masyarakat.
Penjelasan dari Pihak Berwenang
Direktur Departemen Investigasi Kriminal Bukit Aman, Datuk M Kumar, menjelaskan bahwa penyebaran informasi yang belum terverifikasi dapat memengaruhi kelancaran dan efektivitas proses investigasi polisi. Lebih lanjut, Datuk Fahmi Fadzil mengatakan bahwa hasil peninjauan oleh Kementerian Kesehatan Malaysia mengonfirmasi bahwa pria tersebut bukan pegawai kementerian, apalagi terlibat dalam proses otopsi.
Faktanya, Kementerian Kesehatan, melalui Dokter Spesialis Patologi di Rumah Sakit Queen Elizabeth I, Kota Kinabalu, Dr Jessie Hiu, yang memimpin proses otopsi remaja tersebut, juga menekankan bahwa individu yang terlibat bukan bagian dari tim medis. Sayangnya, konten tersebut telah viral sejak kemarin malam karena memberikan kesan bahwa apa yang dikatakannya benar-benar terjadi.
Fahmi menambahkan bahwa akun TikTok tersebut juga telah diubah ke mode 'pribadi', sehingga mencegah interaksi apa pun dengannya. Ia juga menginformasikan bahwa semua informasi yang disebarkan oleh individu tersebut juga tidak benar. Dalam hal ini, Fahmi mengimbau masyarakat untuk membedakan antara berita palsu dan asli sebelum mempercayainya.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!