
Bencana Longsor dan Pergerakan Tanah di Wilayah Ciamis
Beberapa waktu terakhir, wilayah Tatar Galuh Ciamis mengalami hujan yang cukup deras. Hujan tersebut menyebabkan berbagai kejadian bencana seperti longsoran dan pergerakan tanah di beberapa titik. Salah satu lokasi yang paling parah adalah tembok penahan tanah (TPT) saluran irigasi Nagawiru, yang berada di wilayah Sindangrasa, Kecamatan Ciamis.
Saluran irigasi ini sudah ada sejak masa penjajahan dan memenuhi kebutuhan air untuk persawahan serta kolam. Setidaknya lima wilayah mengandalkan pasokan air dari saluran ini, yaitu Kelurahan Sindangrasa, Ciamis, Cigembor, Linggasari, dan Kertasari. Sayangnya, saat ini sebagian dari reruntuhan tembok masuk ke dalam saluran irigasi, sementara debit air sedang deras. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa jika tidak segera diperbaiki, kondisi ini bisa mengancam pintu air yang berdekatan dengan titik longsoran sepanjang 15 meter dan tinggi 10 meter.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ciamis, Ani Supiani, menjelaskan bahwa selama seminggu terakhir telah terjadi empat kejadian longsoran dan pergerakan tanah. Saat ini hujan dengan intensitas tinggi masih mengguyur wilayah tersebut. Berdasarkan data tanggal 21 Agustus 2025, tercatat dua kejadian, yakni pergerakan tanah di wilayah Kecamatan Cihaurbeuti. Peristiwa ini menyebabkan halaman SMP 2 Cihaurbeuti, tempat parkir, dan toilet retak.
Selain itu, kucuran air juga menyebabkan erosi pada TPT pekarangan rumah milik Ineu Yuliani di Desa Selamanik, Kecamatan Cipaku. TPT sepanjang 15 meter dan ketinggian 1,8 meter ambruk. Pada tanggal 20 Agustus 2025, hujan juga memicu longsoran di Desa Sindangsari, Kecamatan Kawali. Halaman samping rumah milik Mansyur longsor.
Mengenai longsoran TPT saluran irigasi Nagawiru, Ani Supiani mengungkapkan bahwa berdasarkan asesmen, diperkirakan ada rembesan air dari kolam di atasnya. Sebelum kejadian 16 Agustus 2025 sekitar pukul 11.30 WIB, wilayah Sindangsari, Ciamis diguyur hujan. Hujan tersebut membuat rembesan semakin parah, sehingga TPT irigasi longsor. Selama ini, beberapa wilayah mengandalkan pasokan air dari tiga Nagawiru.
Dudung, warga Sindangsari, ketika ditemui di lokasi kejadian sebelumnya mengatakan bahwa saat tembok longsor, terdengar bunyi sangat keras. Ia berharap agar kondisi tersebut secepat mungkin diperbaiki karena jika dibiarkan lama akan mengancam pintu air saluran irigasi. Runtuhan tembok yang masuk ke saluran irigasi menyebabkan aliran air menjadi sempit dan debit air semakin deras. Apalagi yang berada di bawah pintu air. Semakin cepat ditangani, semakin baik.
Dampak dan Ancaman yang Mengintai
Longsoran dan pergerakan tanah di wilayah Ciamis tidak hanya mengganggu kehidupan warga, tetapi juga membahayakan infrastruktur penting seperti saluran irigasi dan pintu air. Saluran irigasi Nagawiru memiliki peran vital dalam memenuhi kebutuhan air pertanian bagi beberapa wilayah. Jika tidak segera diperbaiki, ancaman terhadap sistem irigasi ini bisa berdampak besar terhadap produksi pertanian dan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, kejadian-kejadian yang terjadi menunjukkan bahwa curah hujan tinggi dan struktur tanah yang rentan menjadi faktor utama dalam timbulnya bencana. Masyarakat setempat mulai waspada terhadap potensi bahaya yang bisa terjadi kapan saja. Mereka berharap pemerintah dan lembaga terkait segera mengambil langkah-langkah preventif dan mitigasi untuk mengurangi risiko bencana di masa depan.
Dalam situasi seperti ini, pentingnya koordinasi antara instansi pemerintah, masyarakat, dan organisasi sosial sangat diperlukan. Upaya pencegahan, seperti penguatan struktur TPT, pemantauan cuaca, dan edukasi kepada masyarakat tentang tindakan darurat, dapat menjadi solusi jangka panjang untuk mengurangi dampak bencana.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!