
Demo Nepal: Aksi Solidaritas di Luksemburg dan Pemanggilan Ketenangan dari Negara Tetangga
Demo Nepal yang terjadi dalam beberapa hari terakhir telah memicu reaksi luas baik di dalam maupun luar negeri. Masyarakat Nepal di Luksemburg kini melakukan aksi unjuk rasa untuk menyuarakan keadilan atas kerusuhan yang terjadi di negara asal mereka. Mereka menuntut pertanggungjawaban dari pemerintah dan menginginkan agar kasus-kasus korupsi serta pembunuhan 19 aktivis mahasiswa di Nepal segera ditangani secara serius.
Aksi yang dilakukan oleh komunitas Nepal di Luksemburg berlangsung di Strassen, dengan para peserta membawa lilin, bendera, dan plakat bertuliskan "Keadilan untuk setiap korban" dan "Semoga arwah mereka tenang". Mereka juga menunjukkan dukungan besar kepada sesama warga Nepal yang sedang berjuang untuk keadilan dan kebebasan.
Di sisi lain, Tiongkok, Rusia, dan India memberikan pernyataan resmi yang menyerukan penyelesaian damai bagi situasi di Nepal. Ketiga negara tersebut melihat pentingnya menjaga stabilitas dan keamanan di wilayah tersebut. Tiongkok, misalnya, menyampaikan harapan bahwa Nepal akan segera memulihkan ketenangan dan stabilitas. Sementara itu, India menekankan perlunya dialog antar pihak dan mengimbau warganya untuk tidak melakukan perjalanan ke Nepal hingga situasi stabil.
Kronologi Demo Nepal
Peristiwa demo Nepal dimulai pada tanggal 4 September 2025, ketika pemerintah Nepal memblokir 26 platform media sosial, termasuk Facebook, Instagram, WhatsApp, YouTube, dan X. Pemblokiran ini dilakukan karena platform-platform tersebut dinilai gagal mendaftar ke Kementerian Komunikasi dan Teknologi Informasi dalam tenggat waktu yang diberikan sejak 28 Agustus.
Pada tanggal 8 September, ribuan pelajar dan anak muda berkumpul di Maitighar Mandala, Kathmandu, untuk menuntut pencabutan blokir medsos dan ruang demokrasi yang lebih luas. Bentrokan antara massa dan aparat keamanan terjadi siang hari, sehingga mengakibatkan korban jiwa. Sebanyak 19 orang dilaporkan tewas, sementara ratusan orang, termasuk polisi, terluka.
Pada malam hari, pemerintah mencabut larangan medsos, tetapi kemarahan masyarakat tetap terjadi. Kerusuhan berlanjut, dengan massa menyerbu gedung-gedung pemerintah dan rumah pejabat.
Tanggal 9 September menjadi hari yang sangat penting. Menteri Dalam Negeri Ramesh Lekhak dan Menteri Pertanian Ramnath Adhikari mengundurkan diri atas tanggung jawab moral. Perdana Menteri K.P. Sharma Oli juga mengajukan pengunduran diri setelah situasi semakin memanas. Massa mulai membakar gedung-gedung pemerintah dan bahkan mengejar Menteri Keuangan Bishnu Prasad Paudel hingga terjun ke sungai.
Pada tanggal 10 September, tentara Nepal mulai mengambil alih keamanan di Ibu Kota Kathmandu. Namun, situasi masih memanas. Panglima Angkatan Bersenjata Ashok Raj Sigdel mengimbau dialog damai untuk mencegah situasi makin tidak terkendali.
Tantangan dan Harapan
Demo Nepal menunjukkan betapa pentingnya kebebasan berekspresi dan partisipasi politik. Aksi yang dilakukan oleh warga Nepal di Luksemburg menunjukkan solidaritas internasional dan kepedulian terhadap isu-isu yang sedang dihadapi oleh negara mereka. Di sisi lain, pernyataan dari negara-negara tetangga seperti Tiongkok, Rusia, dan India menunjukkan bahwa stabilitas regional adalah prioritas utama.
Masyarakat Nepal terus berharap agar situasi bisa segera pulih dan keadilan dapat ditegakkan. Mereka percaya bahwa hanya melalui dialog dan kesadaran bersama, masalah yang terjadi dapat diselesaikan tanpa konflik yang lebih besar.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!