
Kinerja Segmen Herbal Mendorong Pemulihan Pendapatan Sido Muncul
Pendapatan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) pada kuartal II-2025 mengalami pemulihan, terutama didorong oleh kinerja segmen herbal yang mencatatkan pertumbuhan signifikan. Dalam laporan keuangannya, segmen ini mampu mencatatkan pendapatan sebesar Rp 716 miliar, naik hampir dua kali lipat secara kuartalan. Selain itu, pertumbuhan tahunan juga mencapai 47,2%, meningkat tajam dari kuartal sebelumnya.
Analis dari Mirae Asset Sekuritas, Andreas Saragih, menjelaskan bahwa penguatan ini dipengaruhi oleh normalisasi konsumsi pasca-Lebaran di awal tahun. Meskipun demikian, ada pergeseran dalam kinerja beberapa segmen lainnya. Misalnya, pendapatan dari segmen F&B mengalami penurunan sebesar 29,4% secara kuartalan dan 11,4% secara tahunan. Namun, produk-produk seperti susu dan kopi masih menunjukkan pertumbuhan dobel digit.
Menurut Andreas, penurunan ini disebabkan oleh normalisasi permintaan setelah lonjakan permintaan akibat gelombang panas pada tahun sebelumnya. Meski begitu, segmen farmasi berhasil pulih dengan pendapatan yang naik sebesar 9,5% secara tahunan dan melonjak 65,5% secara kuartalan.
Namun, jika dilihat dari separuh pertama tahun 2025, semua segmen mengalami koreksi. Segmen herbal turun 3,1% secara tahunan, F&B anjlok 4,2% yoy, sedangkan segmen farmasi menyusut 5,1% yoy. Hal ini memicu manajemen untuk menurunkan target pertumbuhan pendapatan dan laba bersih hingga akhir 2025. Sebelumnya, target pertumbuhan di atas 10%, kini direvisi menjadi di atas 5%.
Andreas menjelaskan bahwa alasan utama revisi target adalah karena lemahnya basis kinerja pada semester I-2025. Meskipun demikian, kinerja SIDO masih memiliki potensi untuk tumbuh melalui peluncuran produk baru, pengembangan SKU khusus untuk ekspor, serta faktor musiman yang berpotensi meningkatkan penjualan pada semester II-2025.
Dari sisi laba, manajemen perseroan fokus meningkatkan produktivitas pemasaran dengan menargetkan segmen demografis yang lebih muda. Selain itu, perseroan juga berupaya memperkuat distribusi di ritel modern serta menjaga disiplin pengelolaan modal kerja.
Melihat prospek kinerja dan masa depan, Andreas menurunkan proyeksi pendapatan perseroan untuk tahun 2025–2026 sebesar 10–13%. Risiko utama yang dapat memengaruhi kinerja saham SIDO hingga akhir tahun antara lain adanya potensi kenaikan harga bahan baku. Selain itu, risiko juga mencakup volume penjualan yang lebih rendah dari ekspektasi, serta perlambatan ekspor.
Berdasarkan analisis tersebut, Andreas menurunkan rekomendasi saham SIDO menjadi trading buy dengan target harga Rp 605 per saham. Sebelumnya, rekomendasi adalah buy dengan target harga Rp 670 per saham.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!