
Proses Budidaya Jamur Tiram di Medan
Di sebuah rumah sederhana di Jalan Melati, Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia, aroma fermentasi serbuk kayu tercium sejak pintu gudang dibuka. Di dalam ruangan ini, tumpukan goni berisi bahan baku media jamur memenuhi sudut ruangan. Tempat ini menjadi pusat dari usaha budidaya jamur tiram yang telah bertahan selama lebih dari 15 tahun dan kini menjadi salah satu pemasok baglog terbesar di Sumatra Utara.
Baglog adalah media tanam jamur tiram yang berbentuk silinder plastik. Isi dari baglog ini adalah campuran serbuk kayu, dedak padi, dan kapur. Media ini berperan sebagai “rumah” bagi jamur untuk berkembang. Proses pembuatan baglog dimulai dengan mencampurkan beberapa bahan, seperti kapur, air, dedak padi, dan serbuk kayu. Serbuk kayu kemudian dimasukkan ke dalam goni, lalu ditambahkan kapur sekitar tiga ons. Bahan-bahan tersebut dicampur dengan dedak dan disiram air. Setelah diaduk rata, campuran ini difermetasikan selama delapan jam.
Setelah proses fermentasi, campuran dimasukkan ke dalam plastik silinder dan dipadatkan. Ujung plastik dilubangi, lalu dilakukan sterilisasi dengan cara dikukus selama beberapa jam agar media benar-benar bersih dari bakteri atau jamur liar. Sterilisasi ini sangat penting agar bibit jamur yang ditanam nanti bisa tumbuh dengan sempurna tanpa gangguan.
Tahap berikutnya adalah pembuatan bibit jamur tiram. Proses ini dimulai dari kultur jaringan jamur induk yang sehat. Bagian jaringan kecil diambil, lalu ditumbuhkan di media khusus berbasis agar-agar (PDA) di laboratorium sederhana. Dari sini, bibit diperbanyak lagi ke media jagung atau beras steril yang nantinya menjadi bibit murni. Bibit yang sudah jadi ini kemudian ditanam ke dalam baglog.
Bibit dimasukkan ke lubang baglog, lalu disimpan di ruang inkubasi bersuhu sejuk dengan kelembapan terjaga. Dalam beberapa minggu, miselium jamur akan menyebar memenuhi baglog hingga akhirnya siap menghasilkan jamur tiram segar. Dengan cara ini, Thomas dan pekerja lainnya mampu memproduksi sedikitnya 1.000 baglog per hari. Setiap baglog dijual dengan harga sekitar Rp 3.000 per buah.
Jika seluruh produksi harian habis terjual, omzet usaha ini bisa mencapai Rp 3 juta per hari atau sekitar Rp 90 juta per bulan. Menurut Thomas, tingginya permintaan terjadi seiring semakin mudahnya pemasaran. Dulu penjualan hanya mengandalkan relasi atau pembeli yang datang langsung, kini sosial media menjadi jalan baru untuk memperluas jangkauan. Dengan media sosial, banyak orang dari luar daerah dapat memesan, sehingga pengiriman bisa diatur dengan lebih mudah.
Bisnis jamur tiram cocok dijadikan usaha rumahan karena prosesnya tidak terlalu rumit, biaya perawatan murah, dan pasarnya stabil. Thomas menyampaikan bahwa jika telaten dan sabar, hasilnya bisa sangat menjanjikan. Dari serbuk kayu, dedak, dan kapur, lahirlah ribuan baglog yang menjadi awal tumbuhnya jamur tiram. Dari baglog kecil itulah peluang besar terbuka, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, tetapi juga sebagai inspirasi usaha rumahan yang bertahan puluhan tahun.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!