Biaya Operasional Melonjak, Perbankan Catat Kenaikan Rasio BOPO di Semester I-2025

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Tren Peningkatan Beban Operasional di Perbankan Indonesia

Peningkatan beban operasional di sektor perbankan Indonesia terus menjadi topik yang menarik perhatian, khususnya pada semester pertama tahun 2025. Hal ini memengaruhi efisiensi bank dan berdampak pada penurunan profitabilitas. Dalam laporan yang dirilis, rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Bank Umum meningkat secara tahunan (year on year) dari 78,68% pada Juni 2024 menjadi 85,65% pada Juni 2025.

Penyebab utama peningkatan rasio tersebut adalah naiknya beban operasional bank umum dari Rp 582,36 triliun menjadi Rp 970,30 triliun. Bank Indonesia (BI) telah menetapkan benchmark ideal untuk rasio BOPO, yaitu maksimal di angka 85%. Namun, beberapa bank besar mencatatkan peningkatan rasio BOPO yang melebihi angka tersebut.

Contoh Kenaikan Rasio BOPO pada Bank-Bank Besar

PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) mengalami peningkatan rasio BOPO dari 67,38% pada semester I-2024 menjadi 71,80% di semester I-2025. Sementara itu, rasio Cost to Income Ratio (CIR) juga meningkat dari 37,12% ke 38,52%.

PT Bank Negara Indonesia (BNI) mencatatkan peningkatan rasio BOPO dari 69,43% menjadi 71,36%, sementara CIR meningkat dari 43,73% ke 45,47%. PT Bank Tabungan Negara (BTN) mengalami kenaikan rasio BOPO ke level 89,39% dari 88,65%. Adapun PT Bank CIMB Niaga dan PT Bank OCBC NISP juga mengalami kenaikan rasio BOPO masing-masing sebesar 0,51% dan 1,38%.

Meskipun demikian, BTN menunjukkan perbaikan signifikan dalam efisiensi. CIR berhasil turun dari 58% pada periode yang sama tahun lalu menjadi 43,8% di semester I-2025. Direktur Risk Management BTN, Setiyo Wibowo, menyatakan bahwa perbaikan ini didorong oleh transformasi proses, digitalisasi, serta pengendalian biaya operasional yang lebih ketat.

Strategi Efisiensi yang Diambil oleh BTN

BTN menargetkan efisiensi yang berkelanjutan melalui tiga pilar utama. Pertama, optimalisasi pendapatan berbasis fee dan margin untuk mengurangi ketergantungan pada beban bunga. Kedua, digitalisasi dan otomatisasi proses agar operasional lebih ramping, cepat, dan hemat biaya. Ketiga, disiplin cost management, khususnya pada biaya overhead dan non-core, sambil tetap mendukung ekspansi bisnis.

BTN berharap dapat menjaga CIR di kisaran 43%-45% hingga akhir tahun dengan ruang perbaikan lebih lanjut dari inisiatif transformasi. BOPO ditargetkan tetap di bawah 90%, sejalan dengan pertumbuhan pendapatan operasional dan upaya pengendalian beban.

Penyebab Peningkatan BOPO di BNI

Head of Investor Relations BNI, Yohan Setio, mengakui bahwa tingginya level BOPO di semester I-2025 bukan disebabkan oleh pembilang atau biaya yang berlebihan, namun lebih disebabkan oleh tekanan pada sisi income. Net Interest Margin (NIM) BNI menurun dari 4,02% menjadi 3,83% pada semester I-2025.

Menurut Yohan, perlambatan peredaran uang di sistem menyebabkan biaya dana naik, sedangkan kondisi ekonomi yang tumbuh di perbatasan 5% membuat bank tidak bisa terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga kredit. Hal ini memberi tekanan pada NIM dan menyebabkan rasio BOPO meningkat.

Dari sisi operating expense (Opex), BNI terus beroperasi dengan efisien. Pertumbuhan Opex hanya sebesar 3%, salah satu yang terendah di antara himpunan bank negara. Belanja Opex fokus pada aspek digital dan promosi, yang bertujuan untuk mendukung pencapaian bisnis.

Pandangan dari Bank CIMB Niaga

Presiden Direktur Bank CIMB Niaga, Lani Darmawan, menjelaskan bahwa peningkatan BOPO lebih disebabkan oleh tekanan di income atau revenue. NIM tercompress karena CoF yang mulai turun, namun belum signifikan, serta loan yield yang lebih rendah karena porsi pertumbuhan di non retail.

Sementara itu, fee to income ratio cukup baik di kisaran 30%. Opex terjaga dengan baik, dan guidance CIR di akhir tahun sekitar 45%. Pihaknya berharap CoF akan membaik sehingga revenue bisa lebih baik. Dari sisi Opex, efisiensi terus dilaksanakan dengan memantau kebutuhan dan prioritas dalam investasi.

Analisis dari Pengamat Perbankan

Pengamat Perbankan Amin Nurdin menilai bahwa selain beban operasional yang tinggi, efek suku bunga yang masih tinggi juga menjadi salah satu penyebab peningkatan rasio BOPO. Cost of fund berpengaruh terhadap rasio BOPO, sehingga selama bank-bank yang masih memberikan bunga tinggi, beban bunganya menjadi tinggi dan salah satu pengungkit naiknya rasio BOPO.