
Banjir di Bali: Pelajaran Berharga untuk Kembali ke Sang Pencipta
Banjir yang terjadi di Bali pada 10 September 2025 telah menjadi peristiwa yang sangat mengejutkan. Dengan cepatnya musibah ini meluluh-lantakkan wilayah-wilayah yang sebelumnya aman dan tidak pernah mengalami banjir besar. Bagi banyak orang, seperti penulis yang pernah berkunjung ke Bali setelah lulus SMA tahun 1982, tidak pernah mendengar adanya banjir yang begitu parah di Denpasar dan sekitarnya. Bahkan pada tahun 1986, ketika kembali ke Denpasar, situasi selama musim hujan tetap aman dan memungkinkan untuk berwisata ke pantai-pantai seperti Kuta, Sanur, atau Bedugul.
Wali Kota Denpasar IGN Jaya Negara menyebutkan bahwa banjir kali ini merupakan yang terparah dalam beberapa dekade terakhir. Selama musim hujan, Bali biasanya aman-aman saja, dengan banjir hanya bersifat lokal dan cepat surut. Namun, kali ini berbeda. Pemerintah Provinsi Bali bersama BNPB telah menetapkan status tanggap darurat bencana. Data sementara mencatat sembilan orang meninggal dunia dan enam lainnya masih dalam pencarian. Status ini memungkinkan pemerintah pusat memberikan dukungan penuh dalam proses evakuasi, rehabilitasi, hingga rekonstruksi pascabencana.
Kepala BNPB Letjen Suharyanto menjelaskan bahwa sebanyak 474 kios dan ruko rusak akibat banjir. Meskipun data tentang kerusakan rumah warga belum dirilis, ia menyebutkan bahwa yang paling terkena dampak adalah kios dan ruko kecil di pasar. "Banyak bangunan yang rusak, datanya nanti ada di pemerintah daerah tentu ini akan berkembang terus," ujarnya.
Curah Hujan Ekstrem dan Fenomena Alam
Curah hujan yang ekstrem menjadi penyebab utama banjir di Bali. Kepala Balai BMKG Wilayah III Denpasar, Cahyo Nugroho, menjelaskan bahwa intensitas hujan di Bali mencapai kategori lebat hingga ekstrem dalam dua hari terakhir. Gelombang ekuatorial Rossby memicu pertumbuhan awan konvektif yang menghasilkan hujan lebat disertai kilat dan petir. Fenomena ini juga terjadi karena kelembaban udara yang tinggi hingga lapisan 200 mb (12.000 meter).
Dalam Al-Qur’an, ayat Ath-Thariq (86) ayat 11 menyebutkan tentang siklus air yang dinamakan Raj'i. Hujan itu berasal dari uap yang naik dari bumi ke udara, kemudian turun ke bumi, dan kembali ke atas, membentuk siklus yang tak terputus.
Alih Fungsi Lahan dan Dampaknya
Menurut Nyoman Gede Maha Putra, ahli tata ruang sekaligus dosen Universitas Warmadewa, parahnya banjir Bali bukan hanya disebabkan oleh faktor cuaca, tetapi juga alih fungsi lahan. Berkurangnya sawah, tegalan, atau hutan menyebabkan air permukaan tidak terserap ke tanah, sehingga mengalir ke sungai. Daerah sempadan sungai yang dahulu berfungsi sebagai area banjir kini hilang, yang menjadi titik penting bagi pemikiran ulang tata ruang kota.
Musibah Sebagai Sarana Mendekatkan Diri kepada Allah
Musibah tidak selalu berarti murka Allah, tetapi bisa menjadi bentuk ujian dan kesempatan untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Dalam Al-Qur’an Surah Asy-Syura [42]:30, disebutkan bahwa musibah yang menimpa manusia adalah akibat perbuatan tangan sendiri, namun Allah memaafkan sebagian dari kesalahan tersebut.
Rasulullah Saw. bersabda bahwa setiap musibah yang menimpa seorang mukmin, meski hanya duri, akan dicatat sebagai kebaikan atau penghapusan kesalahan. Hal ini menunjukkan bahwa musibah memiliki makna dan tujuan yang baik.
Tiga Langkah Utama dalam Menghadapi Musibah
-
Syukur dan Sabar
Syukur terhadap musibah adalah langkah pertama. Allah Swt. berfirman dalam Surah Ibrahim (14) ayat 7, bahwa jika manusia bersyukur, maka nikmat akan ditambahkan. Rasulullah Saw. juga menekankan bahwa syukur dan sabar adalah kebaikan yang harus dilakukan. -
Dibalik Musibah Ada Kebaikan dan Hikmah
Orang beriman percaya bahwa dibalik kesulitan pasti ada kemudahan. Dalam Surah Al-Insyirah [94] ayat 5-6, disebutkan bahwa sesudah kesulitan ada kemudahan. Hikmah musibah juga disebutkan dalam QS. Al-Mu'minun (23) ayat 115-116, bahwa segala sesuatu terjadi atas takdir Allah. -
Musibah Bagian dari Takdir
Segala sesuatu terjadi atas takdir Allah. Takdir seseorang telah tertulis 50.000 tahun sebelum langit dan bumi diciptakan. Dalam Surah Al-Hijr [15] ayat 21, disebutkan bahwa semua khazanah berasal dari Allah, dan tidak ada sesuatu pun yang terjadi tanpa takdir-Nya.
Kiat Menghadapi Takdir
Untuk menghadapi takdir, beberapa kiat penting adalah: - Siap: Siap menerima apapun yang terjadi, baik yang diharapkan maupun tidak. - Rida: Terima dengan ikhlas dan tenang, karena rida adalah langkah awal untuk membangun jiwa positif. - Positif: Jangan terjebak dalam kesedihan, tetapi carilah hikmah dan solusi dengan cara yang positif.
Musibah Sebagai Sarana Mohon Pertolongan dan Muhasabah
Setiap manusia pasti mengalami ujian dalam hidupnya. Ketika ditimpa musibah, manusia akan memohon pertolongan kepada Allah. Dalam QS. An-Nahl [16]:53, disebutkan bahwa nikmat berasal dari Allah dan ketika ditimpa kemudharatan, hanya kepada-Nya kita meminta pertolongan.
Semoga kita diberikan kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi musibah ini, serta semakin dekat kepada Allah SWT.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!