AstraZeneca Tunda Investasi Rp4,4 Triliun, Ancaman PHK Mengancam

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

AstraZeneca Tunda Investasi Rp4,4 Triliun, Ancaman PHK Mengancam

Penundaan Investasi AstraZeneca dan Dampaknya terhadap Industri Farmasi Inggris

AstraZeneca, perusahaan farmasi ternama asal Britania Raya, mengumumkan penundaan investasi sebesar 200 juta poundsterling (sekitar Rp4,4 triliun) untuk pengembangan fasilitas riset di Cambridge. Investasi ini awalnya direncanakan untuk menciptakan 1.000 lapangan kerja baru, tetapi kini ditangguhkan tanpa kepastian kelanjutan. Keputusan ini menjadi pukulan berat bagi industri farmasi di Inggris yang sedang menghadapi tantangan bisnis yang signifikan.

Penundaan Investasi dan Dampak pada Lapangan Kerja

AstraZeneca telah mengonfirmasi bahwa semua rencana pendanaan baru yang diumumkan sejak Maret 2024 tidak akan dilanjutkan dalam waktu dekat. Seorang juru bicara perusahaan menyampaikan bahwa ekspansi di Cambridge sedang ditangguhkan. Penundaan ini mengakibatkan pembatalan rencana penciptaan 1.000 pekerjaan yang sebelumnya dijanjikan, sehingga menimbulkan kekhawatiran terhadap iklim investasi di sektor farmasi Inggris.

Keputusan ini memicu spekulasi tentang stabilitas industri farmasi di negara tersebut. Banyak investor dan pekerja khawatir bahwa kebijakan yang tidak mendukung dapat mengurangi minat terhadap investasi di sektor ini. Selain itu, dampak sosial juga muncul karena ribuan orang yang berharap bisa bergabung dengan proyek tersebut kini harus mencari peluang lain.

Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Keputusan

Pada Januari 2025, AstraZeneca juga membatalkan investasi sebesar 450 juta poundsterling (sekitar Rp10 triliun) untuk pabrik vaksin di Merseyside. Alasan utamanya adalah pengurangan dukungan dari pemerintah Inggris. CEO AstraZeneca, Pascal Soriot, menyatakan kekecewaannya terhadap pembatalan tersebut dan menekankan bahwa keputusan itu diambil karena investasi tersebut tidak layak secara ekonomi.

"Kami tidak bisa membuat investasi tersebut menjadi layak secara ekonomi," ujar Soriot pada Februari 2025. Selain itu, kondisi bisnis yang sulit dan kurangnya insentif dari pemerintah juga menjadi faktor penting dalam keputusan perusahaan. Hal ini sejalan dengan keputusan perusahaan farmasi besar lain seperti Merck & Co yang juga menarik diri dari rencana investasi besar di London.

Implikasi bagi Kebijakan Pemerintah dan Industri Farmasi Inggris

Penundaan investasi AstraZeneca menimbulkan tantangan bagi upaya pemerintah Inggris dalam mengembangkan sektor ilmu hayati dan meningkatkan daya tarik negara bagi investor asing. Mantan Kanselir Jeremy Hunt pernah menjanjikan dukungan penuh terhadap ekspansi fasilitas farmasi di Inggris, namun realisasi investasi justru terhenti.

Sementara itu, pemerintah kini dihadapkan pada tekanan untuk memperbaiki kebijakan harga obat dan memberikan insentif yang kompetitif agar sektor farmasi tetap berkembang di Inggris. Ini menjadi langkah penting untuk memulihkan kepercayaan investor dan menjaga posisi Inggris sebagai pusat inovasi di bidang farmasi.

Tantangan dan Peluang di Masa Depan

Dengan situasi saat ini, sektor farmasi di Inggris harus segera menemukan solusi untuk mengatasi tantangan yang dihadapi. Perlu adanya koordinasi antara pemerintah dan perusahaan untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi investasi. Selain itu, peningkatan kolaborasi antara lembaga riset, universitas, dan perusahaan farmasi juga diperlukan untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan.

Di tengah gejolak ini, AstraZeneca juga melakukan investasi besar di AS sebesar Rp815 triliun. Meski demikian, hal ini tidak mengurangi kekhawatiran terhadap masa depan industri farmasi di Inggris. Diperlukan strategi yang lebih jelas dan komitmen yang kuat dari pihak terkait untuk memulihkan sektor ini.