Waspada! Fast Food Berkalori Tinggi Picu Penyakit Kronis

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Makanan Cepat Saji: Tren yang Menyedihkan

Makanan cepat saji sering dipilih karena kepraktisannya, harga yang terjangkau, dan ketersediaannya yang mudah. Namun, di balik keuntungan tersebut, makanan ini menyimpan risiko kesehatan yang cukup besar. Sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa menu restoran fast food semakin memburuk dari waktu ke waktu, bukan justru membaik.

Data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan bahwa antara 2013 hingga 2016, sekitar 36,6% orang dewasa di Amerika Serikat mengonsumsi makanan cepat saji setiap harinya. Angka ini mencerminkan betapa tingginya ketergantungan masyarakat pada makanan instan tersebut.

Sebuah survei yang dilakukan oleh peneliti dari University of Connecticut pada tahun 2018 menemukan bahwa 74% orang tua masih membeli makanan tidak sehat untuk anak-anak mereka di restoran cepat saji, meskipun beberapa jaringan restoran telah mengklaim telah menambahkan opsi menu yang lebih sehat sejak 2013.

Menu Fast Food Populer yang Semakin Tinggi Kalori

Penelitian terbaru yang diterbitkan di Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics menganalisis 10 jaringan restoran cepat saji populer, termasuk McDonald’s, Burger King, KFC, hingga Wendy’s. Studi ini membandingkan menu dari tahun 1986, 1991, dan 2016.

Hasilnya menunjukkan bahwa variasi makanan meningkat hingga 226% dalam kurun 30 tahun. Namun, peningkatan jumlah pilihan menu ini diikuti pula oleh lonjakan kalori, porsi, dan kandungan natrium (garam). Kategori makanan penutup mencatat kenaikan kalori paling besar, yaitu 62 kilokalori setiap dekade. Disusul dengan menu utama (entrées) yang naik sekitar 30 kilokalori per dekade. Sejalan dengan itu, ukuran porsi juga ikut membesar, dengan tambahan rata-rata 13 gram untuk makanan utama dan 24 gram untuk dessert setiap 10 tahun.

Tak hanya kalori, kadar garam juga meningkat di hampir semua jenis menu. Hal ini menjadi sorotan karena konsumsi garam berlebih berkaitan erat dengan tekanan darah tinggi dan risiko penyakit jantung.

Fast Food dan Hubungannya dengan Penyakit Kronis

Menurut peneliti utama, Megan McCrory, Ph.D., peningkatan kalori, porsi, dan garam dalam menu fast food berkontribusi besar terhadap melonjaknya angka obesitas dan penyakit kronis lainnya di Amerika Serikat. Kondisi ini kini menjadi salah satu penyebab utama kematian di negara tersebut.

McCrory menegaskan bahwa meskipun restoran cepat saji menawarkan beragam pilihan, kenyataannya tren nutrisi justru memburuk dari waktu ke waktu. Dengan kata lain, konsumen tetap terjebak pada pola makan tinggi kalori dan natrium.

Menariknya, penelitian ini juga menemukan bahwa kadar kalsium dan zat besi dalam beberapa menu meningkat dibandingkan 30 tahun lalu, terutama pada makanan penutup. Meski begitu, McCrory mengingatkan bahwa fast food bukanlah sumber utama nutrisi yang baik. Kalsium dan zat besi lebih aman diperoleh dari makanan alami seperti susu, ikan, atau biji-bijian.

Perlu Strategi Baru untuk Mengurangi Risiko Kesehatan

Penelitian ini menegaskan bahwa masih banyak pekerjaan rumah bagi industri makanan cepat saji. Upaya mereka menambahkan menu “lebih sehat” belum mampu menutupi kenyataan bahwa secara keseluruhan, fast food semakin tinggi kalori dan porsinya makin besar.

McCrory menekankan pentingnya strategi baru untuk membantu masyarakat mengurangi konsumsi kalori dan garam ketika makan di restoran cepat saji. Hal ini krusial untuk mencegah obesitas dan penyakit kronis lain yang terus meningkat.

Kesimpulannya, meski beberapa perubahan terlihat positif, seperti meningkatnya kandungan kalsium dan zat besi, fast food tetap bukan pilihan ideal untuk memenuhi kebutuhan gizi harian.