
Upaya Pemerintah Kabupaten Bekasi dalam Menurunkan Angka Stunting
Pemerintah Kabupaten Bekasi terus berupaya untuk menurunkan angka stunting melalui berbagai program yang dijalankan. Salah satu inisiatif utama adalah pembangunan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Setempat (SPALD-S) atau jamban di rumah-rumah warga. Langkah ini dilakukan oleh Dinas Perumahan, Permukiman, dan Pertanahan (Disperkimtan) sebagai bagian dari strategi peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Kepala Disperkimtan Kabupaten Bekasi, Nur Chaidir, menjelaskan bahwa tujuan utama dari pembangunan jamban adalah untuk mengubah perilaku masyarakat agar tidak lagi melakukan Buang Air Besar (BAB) sembarangan, terutama di kawasan bantaran sungai. Ia menegaskan bahwa dengan adanya jamban atau WC, sanitasi lingkungan rumah akan menjadi lebih baik. Masyarakat diharapkan dapat menjaga kebersihan dan terhindar dari lingkungan yang tidak sehat.
“Dengan terbangunnya jamban atau WC, sanitasi lingkungan rumah menjadi lebih baik. Masyarakat diharapkan menjaga kebersihan dan terhindar dari lingkungan yang tidak sehat,” ujarnya.
Menurut Nur Chaidir, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci keberhasilan dalam penurunan angka stunting. Ia menyebutkan bahwa penurunan prevalensi stunting di Kabupaten Bekasi sebesar 5 persen dalam beberapa tahun terakhir merupakan salah satu capaian dari kerja sama antara berbagai stakeholder.
“Kalau tidak berkolaborasi, tentu hasilnya tidak akan signifikan seperti ini,” tegasnya.
Pembangunan SPALD-S Tahun 2025
Pada tahun 2025, Disperkimtan Kabupaten Bekasi mengalokasikan pembangunan 1.652 unit SPALD-S yang tersebar di 18 kecamatan. Dari jumlah tersebut, 782 unit berasal dari APBD Kabupaten Bekasi dan 870 unit berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) APBN.
Untuk anggaran APBD, seluruh unit SPALD-S telah rampung dibangun. Sementara itu, pengerjaan dari DAK masih dalam proses. Pihaknya menargetkan penyelesaian seluruh pembangunan fasilitas SPALD-S pada November atau Desember 2025.
Nur Chaidir juga menjelaskan bahwa data kebutuhan pembangunan jamban akan disesuaikan dengan hasil surveilans dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi. Hal ini dilakukan agar intervensi bisa tepat sasaran dan efektif dalam mencapai tujuan penurunan stunting.
Perubahan Perilaku Masyarakat
Terkait wilayah yang masih ditemukan perilaku BAB sembarangan, ia menyebut kawasan bantaran kali menjadi lokasi yang paling sering ditemukan kasus tersebut. Namun, seiring dengan pembangunan SPALD-S, kebiasaan tersebut mulai berkurang.
“Sekarang orang sudah malu buang air sembarangan di jamban terbuka. Sudah mulai sadar untuk menjaga kebersihan lingkungan,” katanya.
Dengan adanya perubahan perilaku masyarakat, diharapkan kondisi lingkungan akan lebih sehat dan aman, sehingga dapat mendukung pertumbuhan anak-anak yang optimal. Proses ini memerlukan kesadaran dan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!