
Permintaan Maaf UI atas Undangan Prof. Peter Berkowitz
Universitas Indonesia (UI) telah mengeluarkan pernyataan permintaan maaf terkait pengundangan Prof. Peter Berkowitz, seorang akademisi dari University of Stanford, dalam acara Pengenalan Sistem Akademik Universitas (PSAU) Pascasarjana UI. Hal ini dilakukan setelah munculnya berbagai reaksi dari masyarakat yang merasa tidak nyaman dengan latar belakang dan pandangan politik yang dipegang oleh Prof. Berkowitz.
Direktur Humas, Media, Pemerintah, dan Internasional UI, Arie Afriansyah, menjelaskan bahwa pihak kampus tidak bermaksud untuk memberikan ruang bagi tokoh yang memiliki sikap pro-Zionisme. Ia menegaskan bahwa kekhilafan yang terjadi adalah hasil dari kurangnya proses verifikasi yang mendalam terhadap latar belakang Prof. Berkowitz.
"UI meminta maaf sebesar-besarnya kepada seluruh rakyat Indonesia atas kekhilafan saat melakukan background check terhadap yang bersangkutan," ujar Arie dalam pernyataannya.
Menurut Arie, pidato yang disampaikan oleh Prof. Berkowitz dalam acara tersebut fokus pada isu-isu terkait STEM (Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika). Ia juga menyebutkan bahwa isi orasi tersebut dapat dilihat melalui saluran YouTube UI. "Isi orasinya murni tentang apa yang diharapkan," tambahnya.
Peristiwa ini menjadi pelajaran berharga bagi UI agar lebih sensitif dalam mengundang para akademisi internasional. Arie menekankan bahwa kampus tersebut akan tetap konsisten pada konstitusi yang memperjuangkan penghapusan penjajahan di seluruh dunia.
Acara PSAU Pascasarjana UI digelar pada hari Sabtu (23/8), di mana Prof. Berkowitz berorasi selama sekitar 45 menit. Meskipun topik utamanya berkaitan dengan STEM, beberapa kalangan mengkritik tindakan UI karena dianggap tidak mempertimbangkan aspek politik dan sosial dari narasumber yang diundang.
Prof. Peter Berkowitz adalah seorang akademisi yang aktif di The Hoover Institution, sebuah lembaga penelitian di University of Stanford. Ia memiliki latar belakang pendidikan yang kuat, termasuk gelar sarjana hukum dan doktor ilmu politik dari Yale University. Selain itu, ia juga memiliki gelar MA dari Hebrew University of Jerusalem.
Selama kariernya, Berkowitz dikenal sebagai tokoh yang aktif menyuarakan dukungan terhadap Israel. Ia sering menulis artikel dan berbicara dalam berbagai forum untuk mendukung posisi pemerintah Israel, termasuk dalam konteks konflik di Gaza. Hal ini membuat banyak pihak merasa khawatir dengan kehadiran dirinya dalam acara akademik di Indonesia.
Dengan adanya permintaan maaf UI, kasus ini menjadi peringatan penting bagi institusi pendidikan untuk lebih hati-hati dalam memilih narasumber yang akan diundang, terutama jika mereka memiliki latar belakang politik atau agama yang sensitif. Keterbukaan dan transparansi dalam proses seleksi serta verifikasi menjadi hal yang sangat penting untuk menjaga reputasi dan kepercayaan publik.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!