
Kasus Pemaksaan Dokter di RSUD Sekayu: Kebenaran di Balik Viralnya Ismet
Insiden yang terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), telah menarik perhatian publik setelah seorang pria bernama Ismet Syahputra viral karena mengamuk dan memaksa dokter membuka masker. Aksi ini awalnya membuat heboh media sosial, tetapi akhirnya kebenaran di balik tindakan Ismet mulai terungkap.
Ismet mengaku bahwa dirinya bukanlah anggota keluarga Bupati Muba, Toha Tohet. Sebelumnya, ia sempat mengatakan bahwa dirinya adalah kerabat dekat Bupati. Namun, setelah dilakukan konfirmasi langsung oleh pihak pemerintah, ternyata Bupati tidak mengenal Ismet dan juga bukan bagian dari tim suksesnya. Hal ini memicu reaksi dari pihak pemerintah yang meminta agar kasus ini ditangani secara serius.
Bupati Muba, Toha Tohet, menyampaikan bahwa penanganan kasus ini harus dilakukan dengan tegas dan sampai tuntas. Ia menegaskan bahwa pihak rumah sakit dan tenaga kesehatan harus diberi perlindungan. Selain itu, ia juga meminta agar proses hukum berjalan sesuai SOP.
Proses Hukum yang Sedang Berlangsung
Setelah kejadian tersebut, dokter spesialis ginjal RSUD Sekayu, Syahpri Putra Wangsa, melaporkan kejadian ini ke Polres Muba. Penyidik menggunakan Pasal 335 KUHP yang mengatur tentang pemaksaan dengan ancaman kekerasan. Saat ini, penyelidikan sedang berlangsung, dan pihak kepolisian telah memanggil saksi-saksi termasuk perawat, petugas keamanan, serta direksi rumah sakit.
Kasat Reskrim Polres Muba, AKP M Afhi Abrianto, menjelaskan bahwa penyidik masih melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi. Meski belum ada penetapan tersangka, proses penyelidikan akan terus berjalan sesuai SOP. Pihak kepolisian juga melakukan olah TKP untuk memastikan fakta-fakta terkait insiden ini.
Pengakuan Ismet
Ismet akhirnya memberikan penjelasan mengenai alasan emosionalnya yang membuatnya marah dan memaksa dokter membuka masker. Ia mengaku kecewa karena ibunya yang dirawat di RSUD Sekayu harus menunggu selama empat hari sejak masuk rumah sakit. Ia ingin mendapatkan pelayanan cepat dan menempatkan ibunya di kamar VIP.
Menurut Ismet, pelayanan yang diberikan tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Ia merasa bahwa layanan VIP tidak berbeda dengan layanan BPJS. Kekecewaannya bertambah ketika mengetahui hasil pemeriksaan dahak ibunya yang sudah tersedia sejak Sabtu, namun baru dicek pada Selasa. Akibatnya, ia memutuskan untuk memaksa dokter membuka masker.
Penjelasan Dokter Syahpri
Dokter Syahpri menjelaskan bahwa saat ia hendak memasuki ruangan perawatan, perawat menyampaikan bahwa keluarga pasien sedang emosi. Ia meminta perawat siaga dan menjelaskan alasan mengapa ia memakai masker. Menurutnya, masker dipakai sebagai SOP dalam pemeriksaan indikasi penyakit TBC.
Ismet dan keluarganya tetap memaksa dokter melepas masker. Akibatnya, dokter meminta petugas keamanan untuk berjaga di sekitar tenaga kesehatan karena keluarga pasien masih menunjukkan emosi. Syahpri khawatir terhadap keselamatan perawat, terutama karena sebagian besar perawat adalah perempuan.
Perawatan Pasien VIP
Plt Direktur RSUD Sekayu, drg Dina Krisnawati Oktaviani MKes, menyampaikan bahwa pasien atas nama Rita, yang merupakan keluarga yang melakukan tindakan kepada dokter, masih dilakukan perawatan di ruangan VIP. Layanan kesehatan tetap diberikan kepada pasien meskipun terjadi peristiwa tersebut.
Insiden ini menjadi peringatan penting bagi rumah sakit dan tenaga kesehatan agar tetap menjaga profesionalisme dan menjaga kepercayaan masyarakat. Selain itu, kasus ini juga menunjukkan betapa pentingnya komunikasi yang baik antara pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan dalam proses pengobatan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!