
Kehidupan yang Penuh Tekanan
Atin, seorang nenek berusia 54 tahun, tinggal di Kampung Cibungur, Kelurahan Sindangpalay, Kecamatan Cibeureum, Kota Sukabumi. Kejadian banjir besar pada Oktober 2024 menyebabkan rumahnya hancur total. Hingga kini, belum ada perbaikan signifikan yang dilakukan pihak terkait. Video pendek yang diunggah ke Facebook menunjukkan perasaan Atin yang penuh harap dan kesedihan.
Dalam video tersebut, Atin dengan suara lemah memohon bantuan. Ia mengucapkan salam dan menyampaikan kondisinya dengan penuh harapan. "Assalamualaikum, bumi abdi kena musibah kabanjiran. Saha wae anu bade ngabantos," ujarnya sambil menatap kamera.
Tinggal di Kontrakan dengan Biaya Mahal
Setelah rumahnya rusak parah, Atin dan cucunya terpaksa tinggal di kontrakan sederhana dengan biaya sewa Rp 400 ribu per bulan. Ini menjadi beban berat bagi Atin yang hanya bekerja sebagai buruh tani. Penghasilannya tidak stabil dan sering tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar.
"Bayar kontrakan aja berat, kadang makan kadang tidak. Saya sudah janda, kerjaan hanya buruh tani," ujar Atin. Ia juga mengatakan bahwa ia sering bergantung pada kiriman uang dari anaknya yang bekerja di Kalimantan.
Janji Bantuan yang Belum Terpenuhi
Tetangga Atin yang merekam video tersebut mengungkapkan kekecewaan karena laporan kerusakan rumah telah disampaikan ke pihak kelurahan sejak lama. Petugas bahkan sempat mendokumentasikan kondisi rumah tersebut. Namun, hingga kini, tidak ada bantuan nyata yang diberikan.
"Muhun ieu teh bumi tos hampir bade sataun korban kebanjiran. Pejabat-pejabat di kelurahan ngan saukur dipoto hungkul, hampir sataun teu acan aya bantosanana," kata tetangganya dengan nada kecewa. Atin pun mengaku hanya bisa menunggu tanpa kepastian.
"Dulu banyak yang datang, ngambil foto, nanya-nanya, tapi sampai sekarang belum ada perbaikan. Saya nunggu terus, tapi ya begitu-begitu saja," ujarnya.
Bencana yang Tinggalkan Luka Panjang
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat bahwa selama 2024, Sukabumi mengalami berbagai bencana dengan total kerugian mencapai Rp 9,47 miliar. Banjir menjadi bencana yang paling sering terjadi, tercatat hingga 248 kali sepanjang tahun.
Atin masih ingat jelas malam mencekam 6 Oktober 2024, ketika air bah merendam rumahnya. "Saya lagi sama cucu waktu itu. Hujan deras nggak berhenti, air masuk, rumah ambruk. Semua barang hilang, cuma pakaian yang dipakai aja tersisa," kenangnya.
Harapan Sederhana: Rumah Layak
Kini, di usia yang semakin menua, Atin hanya ingin kembali memiliki tempat tinggal yang aman. "Pengennya rumah dibenerin, cuma itu. Saya nggak minta apa-apa. Rumah aja, biar bisa tinggal sama cucu dengan tenang," ucapnya.
Pesan sederhana itu ditutup oleh harapan tetangganya dalam video yang viral. "Saha wae anu ningali video ieu, mudah-mudahan ka ketuk hatina niat kange ngabantos warga abdi ieu," katanya.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!