
Sekolah yang Tampak Terlantar di Tengah Alam
SMP Negeri 27 Sigi, yang terletak di Jalan Padat Karya, Desa Loru, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, menjadi perhatian khusus bagi warga yang melintas di sekitar lokasi. Meskipun masih beroperasi sebagai tempat belajar mengajar, kondisi bangunan sekolah tampak tidak terawat dan tertutup semak belukar. Pemandangan ini membuatnya terlihat seperti gedung kosong, bahkan mirip dengan lokasi syuting film horor.
Sejarah mencatat bahwa SMP Negeri 27 Sigi dulunya dikenal dengan nama SMP Negeri 7 Biromaru. Lokasinya yang strategis memungkinkan akses mudah dari berbagai titik, termasuk Kantor Polsek Biromaru yang hanya berjarak 3,7 km atau sekitar 7 menit perjalanan. Dari Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, jaraknya sekitar 14,9 km dan memakan waktu sekitar 24 menit.
Jalur menuju sekolah ini menawarkan pemandangan alam yang indah. Di samping jalan utama, terdapat persawahan yang hijau dan rapi, serta saluran air yang mengalir dengan suara gemercik. Namun, ketenangan tersebut justru bertolak belakang dengan kondisi fisik bangunan sekolah yang tampak tidak terawat.
Banyak orang salah mengira jika sekolah ini sudah tidak beroperasi karena semak belukar yang menjalar hingga menutupi pagar. Hal ini membuat aktivitas belajar mengajar menjadi kurang nyaman. Menurut informasi dari staf administrasi, jumlah siswa hanya sekitar 60 orang, didampingi oleh 10 guru dan 2 staf tata usaha. Jumlah tenaga pendidik yang terbatas menjadi salah satu kendala dalam menjaga kebersihan dan perawatan gedung.
Kondisi ini telah berlangsung lama, bahkan sebelum pandemi. Semak belukar di sekitar sekolah semakin lebat, sehingga terlihat seperti tempat yang tidak berpenghuni. Selain itu, sekolah ini belum pernah menerima Bantuan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), yang sangat dibutuhkan untuk perbaikan infrastruktur. Hanya satu Gedung Lab Komputer yang masih tampak baru.
Kurangnya perhatian dan bantuan dari pemerintah menjadi alasan utama mengapa kondisi sekolah ini tidak terawat. Letak geografis yang relatif terpencil juga memperparah situasi. Mushollah di sekolah ini terkesan tidak difungsikan, dan semak belukar menjalari hampir 90 persen pagar depan hingga ke ujung Utara, tempat ada jalan belok ke arah Timur menuju pekuburan.
Erwin, staf administrasi, berharap dengan kepemimpinan Bupati yang baru, sekolah ini akan mendapatkan perhatian lebih. Ia yakin bahwa Bupati sangat mencintai pendidikan, terlebih untuk anak-anak dari kampung-kampung sekitar sekolah. Sayangnya, saat ditanya tentang keberadaan kepala sekolah, Erwin menjawab bahwa beliau sedang izin ke rumah sakit, tanpa memberikan detail lebih lanjut.
Para siswa yang jumlahnya sangat sedikit, bahkan banyak yang sudah pulang meskipun jam masih menunjukkan pukul 11.49 Wita. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar mengajar di sekolah ini tidak sepenuhnya optimal.
Pihak sekolah dan orang tua siswa diharapkan dapat bergotong-royong membersihkan lingkungan sekolah. Selain itu, bantuan dana dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sigi sangat dibutuhkan. Bantuan seperti Bantuan MBS diperlukan untuk merehabilitasi gedung, memperbaiki pagar, dan membeli peralatan kebersihan agar sekolah ini bisa menjadi tempat belajar yang layak dan nyaman bagi para siswa.
Salah satu guru yang sedang mengajar menggunakan model pembelajaran kelompok. Para siswa aktif bekerja dan berdiskusi dalam kelompok mereka. Guru tersebut mengaku sedang mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk meraih gelar profesi “Guru-Gr”.
Ditanya apakah sekolah ini pernah menerima Program Makan Bergizi Gratis (MBG), Erwin menjawab dengan jujur bahwa belum. Ia menyampaikan harapan bahwa suatu hari nanti, anak-anak di sekolah ini akan mendapatkan manfaat dari program tersebut.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!