PPEI: Kenaikan Cukai Pemicu Banyak Produsen Vape Tutup Usaha

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Pertumbuhan Pasar Vape di Indonesia yang Tidak Sejalan dengan Industri Produksi E-Liquid

Pasar vape di Indonesia tercatat mengalami pertumbuhan positif dalam lima tahun terakhir. Namun, perkembangan ini tidak selalu sejalan dengan kemajuan industri produksi e-liquid atau liquid vape di dalam negeri. Hal ini disampaikan oleh Wakil Ketua Perkumpulan Produsen Eliquid Indonesia (PPEI), Agung Subroto, saat berkunjung ke kantor media di Tebet, Jakarta Selatan.

Agung menjelaskan bahwa meskipun pasar vape menunjukkan peningkatan, jumlah produsen e-liquid justru mengalami penurunan. Dulu, jumlah produsen e-liquid mencapai 300 perusahaan, namun kini berkurang menjadi 170 produsen. Penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kenaikan biaya produksi.

Salah satu penyebab utama penurunan jumlah produsen e-liquid adalah meningkatnya Cost of Goods Sold (COGS) atau Harga Pokok Penjualan (HPP). Biaya bahan baku, biaya produksi, dan tenaga kerja semakin mahal akibat kenaikan pita cukai rokok elektrik atau vape. Pada dua tahun lalu, terjadi kenaikan pita cukai sebesar 19,5 persen setiap tahunnya.

Agung menyebutkan bahwa kenaikan pita cukai tersebut menyebabkan HPP e-liquid meningkat sebesar 20 persen dari sebelumnya. Produsen harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli pita cukai. Misalnya, jika pada tahun ini diperlukan dana sebesar Rp 1 miliar untuk pembelian pita cukai, maka di tahun berikutnya dana yang dibutuhkan meningkat menjadi Rp 1,2 miliar. Ini juga membuat keuntungan yang diperoleh produsen menjadi lebih sempit.

"Jika sebelumnya hanya untung 10 persen, maka di tahun depan kita harus menghadapi kerugian agar bisa mendapatkan pendapatan yang sama," ujar Agung.

Meskipun menghadapi tantangan, industri produsen e-liquid dalam negeri tetap menjadi kebanggaan tersendiri. Sampai saat ini, produk lokal mampu menguasai hingga 90 persen pangsa pasar vape di Indonesia. Agung menyatakan bahwa selama kurang lebih 12 tahun, industri vape di Indonesia masih didominasi oleh pemain lokal.

"Ini seharusnya menjadi sesuatu yang dibanggakan. Produk dalam negeri mampu bersaing dan bahkan menguasai pasar sendiri," tambahnya.

Agung menekankan pentingnya dukungan terhadap industri e-liquid dalam negeri. Meskipun menghadapi berbagai tantangan seperti kenaikan biaya produksi dan regulasi, para produsen tetap berupaya keras untuk mempertahankan posisi mereka di pasar. Dengan adanya inovasi dan komitmen, industri ini diharapkan dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional.