
Pemulihan Ekonomi dan Faktor yang Mempengaruhi Pasar Saham Indonesia
Pemulihan ekonomi domestik menjadi faktor kunci yang akan menentukan arah pasar saham Indonesia hingga akhir 2025. Meskipun pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 tercatat sebesar 5,12 persen, outlook paruh kedua tahun ini masih lemah di kisaran 4,8 persen. Hal ini menunjukkan bahwa proses pemulihan belum sepenuhnya stabil.
Beberapa indikator seperti penurunan optimisme konsumen, melemahnya penjualan mobil dan ritel, serta lambatnya pertumbuhan kredit mengindikasikan bahwa aktivitas ekonomi masih tertahan. Momentum pertumbuhan ekonomi yang tertekan menjadi faktor yang membayangi kinerja emiten dan pasar saham. Namun, potensi transmisi kebijakan pro-pertumbuhan dari bank sentral dan pemerintah diharapkan semakin berdampak ke sektor riil, menjadi katalis bagi ekonomi dan kinerja emiten.
Kebijakan Moneter dan Suku Bunga
Dari sisi kebijakan, Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuan empat kali sepanjang delapan bulan pertama 2025. Meski demikian, dengan suku bunga riil yang masih tinggi di sekitar 2,8 persen, ruang pelonggaran tambahan tetap terbuka. Konsensus pasar memperkirakan BI Rate dapat turun hingga 4,0-4,5 persen pada akhir 2026. Menurut analisis, siklus penurunan suku bunga secara historis mendukung pasar saham.
Faktor global juga memperkuat sentimen positif. Penurunan Fed Funds Rate (FFR) oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) diperkirakan memicu pelemahan dolar AS dan arus dana asing ke negara berkembang, termasuk Indonesia. Dengan adanya aliran dana tersebut, prospek pasar saham Indonesia semakin menarik.
Katalis Positif Jangka Menengah
Sejumlah katalis lain juga menopang prospek jangka menengah Indonesia. Realisasi investasi yang tumbuh 12 persen (yoy) pada kuartal II-2025, stabilnya credit default swap (CDS) Indonesia, serta keberlanjutan peringkat utang “BBB” dengan outlook stabil dari lembaga pemeringkat internasional menjadi faktor penting.
Kesepakatan dagang antara Indonesia dan Uni Eropa (IEU CEPA) juga dinilai bisa menjadi kompensasi dari potensi dampak tarif AS terhadap ekspor nasional. Dengan adanya kesepakatan ini, Indonesia memiliki peluang untuk meningkatkan kerjasama perdagangan dengan negara-negara Eropa.
Lima Faktor yang Menjaga Potensi Pasar Saham
Samuel Kesuma, Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), menyebut lima faktor yang menjaga potensi pasar saham Indonesia tetap menarik bagi investor jangka panjang. Pertama, perbaikan arus dana global ke pasar negara berkembang. Kedua, tren pelemahan dolar AS. Ketiga, prospek pemangkasan suku bunga BI. Keempat, kebijakan dan stimulus pro-pertumbuhan pemerintah. Kelima, valuasi saham domestik yang relatif atraktif.
Meski Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah berada di level yang relatif cukup tinggi, Samuel masih melihat emiten-emiten berkualitas di sektor finansial dan konsumer yang masih diperdagangkan di valuasi menarik. Momentum pertumbuhan domestik dan situasi likuiditas perbankan yang membaik akan mendukung kinerja laba emiten ke depan.
Fokus pada Sektor yang Solid
MAMI saat ini fokus pada saham-saham dengan fundamental solid, termasuk sektor finansial, konsumer, telekomunikasi, dan material. Saham-saham ini diyakini mampu bertahan di tengah dinamika ekonomi global maupun domestik. Dengan strategi investasi yang tepat, perusahaan manajemen aset ini berharap dapat memberikan hasil yang optimal bagi para pemangku kepentingan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!