Nepal di Persimpangan, Aksi Protes Muda Berteriak!

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Gerakan Gen Z di Nepal: Perlawanan terhadap Korupsi dan Ketidakadilan

Nepal kini tengah mengalami gelombang protes yang melibatkan generasi muda, atau sering disebut sebagai Gen Z. Mereka bangkit untuk menentang korupsi dan ketidakadilan yang telah lama merongrong negara ini. Gerakan ini awalnya dimulai dari protes atas pemblokiran media sosial, namun seiring waktu berkembang menjadi gerakan besar yang memengaruhi kekuasaan pemerintah.

Awal mula protes berawal dari larangan beberapa platform media sosial seperti Facebook, YouTube, dan X (Twitter) oleh pemerintah. Alasan yang diberikan adalah karena platform tersebut tidak mendaftar dan tunduk pada peraturan lokal. Namun, banyak kalangan menilai kebijakan ini sebagai upaya untuk membungkam suara para aktivis anti-korupsi yang aktif di media sosial.

Korupsi telah menjadi isu utama di Nepal selama bertahun-tahun. Rakyat, khususnya generasi muda, sudah lelah dengan sistem yang dinilai tidak adil. Demonstran menuntut pemberantasan korupsi yang melibatkan pejabat tinggi dan menteri. Media sosial menjadi sarana penting bagi mereka untuk menyampaikan keluhan dan menyoroti kesenjangan antara gaya hidup elit politik dan rakyat biasa.

Video-video yang menampilkan anak-anak pejabat memamerkan barang mewah seperti mobil dan jam tangan mencuri perhatian publik. Hal ini memicu kemarahan dan rasa tidak adil di kalangan masyarakat. Tingkat pengangguran di kalangan pemuda juga sangat tinggi, sekitar 20%, membuat banyak dari mereka merasa putus asa dan tidak memiliki masa depan di negara sendiri.

Aksi demonstrasi dimulai setelah pemerintah memberlakukan larangan media sosial. Awalnya, protes berlangsung damai, namun cepat berubah menjadi bentrokan yang mematikan. Demonstran mulai melakukan tindakan keras, termasuk membakar gedung-gedung pemerintah dan rumah-rumah milik politisi. Polisi merespons dengan menggunakan gas air mata, meriam air, peluru karet, dan bahkan peluru tajam. Akibatnya, puluhan orang tewas dan ratusan lainnya terluka.

Dampak dari gelombang protes ini sangat signifikan. Perdana Menteri KP Sharma Oli dan Presiden Ramchandra Paudel akhirnya mengundurkan diri. Beberapa menteri juga ikut meletakkan jabatannya. Mundurnya para pemimpin ini memicu kekosongan dan ketidakstabilan politik di Nepal.

Dengan tidak adanya partai yang menguasai mayoritas di parlemen, pembentukan pemerintahan baru menjadi sangat sulit. Demonstrasi ini sering disebut sebagai "Revolusi Gen Z" karena dipimpin oleh generasi muda yang merasa masa depan mereka dicuri oleh para elit politik. Mereka menuntut perubahan sistemik yang lebih adil dan transparan.

Meskipun pemerintah telah mencabut larangan media sosial, hal ini dinilai belum cukup untuk meredam kemarahan publik. Situasi saat ini menciptakan peluang bagi kekuatan politik baru, seperti Rastriya Swatantra Party (RSP), yang didukung oleh kaum muda, untuk menjadi penentu dalam pemerintahan selanjutnya. Namun, kondisi ini juga berisiko memperparah ketidakstabilan dan kekacauan politik.

Dengan para pemimpin yang telah mengundurkan diri dan janji-janji yang tak kunjung terpenuhi, kini Nepal berada di persimpangan jalan. Apakah perlawanan dari Gen Z ini akan berhasil mengantarkan negaranya menuju reformasi yang sesungguhnya, atau justru memicu ketidakstabilan politik yang lebih dalam, meninggalkan banyak pertanyaan tentang masa depan sebuah bangsa yang telah lelah dengan janji-janji kosong dan korupsi yang tak berujung.