Nazwa Aliya, Gadis 19 Tahun Tewas di Kamboja, Bohong ke Ibu soal Interview Kerja

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Nazwa Aliya, Gadis 19 Tahun Tewas di Kamboja, Bohong ke Ibu soal Interview Kerja

Sosok Nazwa Aliya yang Meninggal di Kamboja

Nazwa Aliya (19), seorang gadis asal Sumatera Utara, meninggal dunia setelah menjalani perawatan beberapa hari di sebuah rumah sakit di Phnom Penh, Kamboja. Kepergiannya yang tiba-tiba meninggalkan luka mendalam bagi keluarga, terutama sang ibu, Lanniari Hasibuan (53), yang masih kesulitan menerima kenyataan bahwa anak bungsunya berpulang dengan cara seperti ini.

Sebelum meninggal dan pergi ke Kamboja, Nazwa ternyata menyembunyikan fakta dari ibunya. Ia meminta izin untuk melakukan interview kerja di Medan, tetapi sebenarnya ia memiliki rencana lain. Dengan alasan itu, ia akhirnya bisa pergi ke luar negeri, meski tidak dengan tujuan yang sebenarnya.

Profil Nazwa Aliya

Nazwa adalah seorang gadis yang berasal dari Jalan Bejo, Gang Sejahtera, Dusun XVI, Kecamatan Percut Seituan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Ia baru saja lulus dari SMK Telkom 2 Medan dan dikenal sebagai sosok yang ceria, penuh semangat, serta memiliki mimpi besar untuk bisa bekerja dan melihat dunia luar.

Setelah lulus sekolah, Nazwa sering menyampaikan keinginannya untuk pergi ke luar negeri. Salah satu negara yang ingin ia kunjungi adalah Kamboja. Namun, niat itu sempat ditentang oleh sang ibu. Lanniari menilai Kamboja bukanlah tempat yang aman untuk dituju. Meski begitu, Nazwa tetap berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Bahkan, ia rela berbohong agar mimpinya bisa terwujud.

“Awalnya anak saya minta izin untuk ikut study tour, tapi saya tolak. Lalu, ia minta izin untuk interview di salah satu bank, dan itu saya izinkan,” tutur Lanniari saat ditemui wartawan.

Dengan alasan tersebut, pada 28 Mei 2025, Nazwa berpamitan dari rumah. Tak lama berselang, kabar mengejutkan datang. Sang ibu mendapat informasi bahwa Nazwa ternyata berada di Bangkok, Thailand, dan sempat menginap di Hotel Center Point.

“Saya sempat pingsan saat mendengar itu. Waktu saya tanya dengan siapa ke Bangkok, Nazwa bilang bersama teman PKL-nya. Tapi setelah saya desak, ia mengaku pergi sendiri,” ucap Lanniari.

Perjalanan yang Penuh Kecemasan

Sejak saat itu, komunikasi antara Nazwa dan ibunya semakin renggang. Bahkan, Nazwa sering menolak untuk mengangkat telepon dari sang ibu. Lanniari yang panik sempat berencana melaporkan anaknya hilang ke Polsek Medan Tembung, namun laporan tersebut ditolak karena keberadaan Nazwa sudah diketahui dan ia bukan lagi anak di bawah umur.

Perjalanan panjang penuh kecemasan itu akhirnya berakhir pada Kamis (7/8/2025). Pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Phnom Penh memberi kabar bahwa Nazwa sedang dirawat di sebuah rumah sakit di Kamboja. Namun, Lanniari tidak diizinkan untuk langsung berangkat ke sana.

"KBRI melarang saya datang ke Kamboja karena katanya anak saya benci melihat saya. Mereka sarankan adik saya atau keluarga lain yang berangkat," kata Lanniari lirih.

Beberapa hari setelah menjalani perawatan, pada Senin (12/8/2025), kabar duka itu datang. Nazwa dinyatakan meninggal dunia.

"Saya dapat kabar tanggal 7 Agustus anak saya dirawat di RS, dan kemarin, 12 Agustus, saya kembali dikabarkan kalau anak saya sudah meninggal dunia,” ungkap sang ibu dengan suara bergetar.

Tantangan dalam Memulangkan Jenazah

Kini, jenazah Nazwa masih tertahan di Kamboja. Hambatan biaya menjadi kendala utama. Untuk memulangkan jenazah ke Indonesia, keluarga membutuhkan sekitar USD 8.500 atau setara Rp 138 juta, jumlah yang mustahil mereka penuhi sendiri.

"Saya tidak punya uang sebanyak itu. Saya sangat berharap pemerintah membantu pemulangan jenazah anak saya," ucap Lanniari dengan penuh harap.

Tangisan seorang ibu yang kehilangan anaknya kini menggema, meminta pertolongan agar jasad putrinya bisa kembali ke tanah kelahiran. Harapannya hanya satu, bisa mengantar Nazwa ke peristirahatan terakhirnya di kampung halaman, bersama keluarga dan orang-orang yang mencintainya.