
Penangkapan Pelaku Pembunuhan Kepala Cabang Bank BUMN
Seorang tokoh motivasi dan pengusaha sukses diduga menjadi otak dari kasus pembunuhan terhadap Kepala Cabang Bank BUMN, Mohamad Ilham Pradipta (37). Dwi Hartono, yang dikenal dengan inisial DH, ditangkap bersama tiga rekannya YJ, C, dan AA oleh Polda Metro Jaya di Solo, Jawa Tengah. Dwi Hartono diketahui tinggal di wilayah Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor. Rumah pribadinya berada di kawasan Kompleks Perumahan Kota Wisata, tepatnya di Jalan San Fransisco, Blok Q1 No. 8 dan 9.
Motif Dwi Hartono dalam membunuh Muhammad Ilham Pradipta menjadi perhatian utama. Informasi yang beredar menyebutkan bahwa Dwi Hartono merasa sakit hati karena upayanya melakukan pinjaman atau kredit fiktif sebesar Rp13 miliar diketahui oleh Ilham Pradipta. Ia kemudian mencoret klausul peminjaman tersebut. Setelah itu, Dwi Hartono menyusun rencana untuk menghabisi nyawa mantan penyiar radio tersebut.
Meski demikian, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi menyatakan bahwa motif pembunuhan belum dapat dipastikan. Selain itu, terkait dugaan kredit senilai Rp13 miliar yang diketahui oleh korban, polisi masih melakukan penyelidikan lebih lanjut.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Hery Gunardi, menyampaikan keprihatinannya terhadap peristiwa tragis yang menimpa salah satu Kepala Cabang BRI tersebut. Hal ini disampaikannya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, pada Kamis (21/8/2025). Menurutnya, karyawan yang meninggal sedang dalam proses pendalaman. Ia juga menyatakan bahwa pihak bank bersama aparat kepolisian tengah mendalami motif di balik penculikan dan pembunuhan tersebut, termasuk apakah kasus ini terkait dengan urusan penagihan kredit atau faktor lainnya.
Penangkapan Delapan Pelaku
Subdit Resmob dan Subdit Jatanras Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya telah menangkap delapan orang yang terlibat dalam kasus ini. Tiga pelaku berinisial AT, RS, dan RAH ditangkap di sebuah rumah berkelir merah jambu di Jalan Johar Baru III No.42, RT 05/RW 09, Johar Baru, Jakarta Pusat, pada Kamis (21/8/2025). Di hari yang sama, pria berinisial EW ditangkap di Bandar Udara Komodo Nusa Tenggara Timur.
Mereka adalah pelaku penculikan yang membawa MIP dari area parkir supermarket di Pasar Rebo, Jakarta Timur, Rabu (20/8/2025). Sementara itu, polisi menangkap empat aktor intelektual dalam penculikan dan pembunuhan MIP. Empat orang tersebut ditangkap dalam operasi terpisah. Tiga pelaku berinisial DH, YJ, dan AA ditangkap di Solo, Jawa Tengah, pada Sabtu (23/8/2025) pukul 20.15 WIB. Sementara pelaku berinisial C diringkus di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara, Minggu (24/8/2025) pukul 15.30 WIB.
Profil Dwi Hartono
Dari empat otak utama penculikan dan pembunuhan, dalangnya adalah Dwi Hartono (DH). Lahir di Lahat, Sumatera Selatan, 6 Oktober 1985, Dwi Hartono sudah terjun dalam dunia bisnis sejak kuliah. Pria yang dikenal sebagai pengusaha muda Rimbo Bujang ini sempat viral beberapa tahun silam karena membeli helikopter. Hal ini membuat wajahnya mudah dikenali saat ditangkap polisi.
Pada tahun 2021, Dwi Hartono sempat bercerita tentang jejak karirnya yang naik-turun. Ia mengungkapkan bahwa sembilan tahun lalu ia tidak punya apa-apa, bahkan tidak memiliki rumah, mobil, maupun usaha. Awalnya, ia mencoba membuka rental PS2 di Semarang, tetapi gagal. Kemudian, ia mencoba membuka usaha kuliner seperti warteg hingga warung lesehan ayam penyet. Namun, pada tahun 2012, usahanya bangkrut, dan orang tuanya pun menjauhinya.
Dwi Hartono percaya bahwa modal bukanlah hal utama, melainkan niat yang kuat. Ia pernah menggarap proyek reklamasi dengan keuntungan Rp2000, yang dikalikan sekian banyak kubik. "1 juta kubik kali 2, Rp 2 Miliar" ujarnya. Dari situ, ia baru bisa membayar utang-utangnya.
Penggunaan Jasa Debt Collector
Para pelaku penculikan Mohamad Ilham Pradipta hanya menerima imbalan berupa uang muka (DP) dari total pembayaran yang dijanjikan puluhan juta rupiah. Adrianus Agal, kuasa hukum salah satu tersangka berinisial EW alias Eras, menyampaikan bahwa mereka dijanjikan uang dalam jumlah tertentu. Meskipun angka DP tersebut tidak lebih dari Rp50 jutaan, sebagian dari uang tersebut sudah disita penyidik Polda Metro Jaya.
Motif ekonomi disebut menjadi latar belakang keterlibatan keempat tersangka ini. Mereka diduga terlibat karena tekanan ekonomi dan iming-iming bayaran. Adrianus menegaskan bahwa jika mereka mengetahui bahwa ini berujung pada pembunuhan, tentu akan menolak. Ia juga menyampaikan permohonan maaf dan belasungkawa kepada keluarga korban serta dukungan terhadap proses penyidikan yang sedang dilakukan.
Disuruh dan Serahkan Korban ke Pelaku Berinisial F
Adrianus Agal menyatakan bahwa kliennya bersama tiga orang lainnya hanya berperan sebagai pelaku penjemputan paksa atas perintah seseorang berinisial F. Setelah menyerahkan korban ke F di kawasan Cawang, Jakarta Timur, keempat pelaku tersebut tidak lagi terlibat. Namun, beberapa jam kemudian, mereka kembali diminta untuk menjemput korban dan menemukan bahwa korban sudah dalam keadaan tidak bernyawa.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!