Mengapa Sulit Percaya? 4 Alasan Psikologis yang Membuat Seseorang Tertutup dalam Hubungan

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Mengapa Seseorang Sulit Percaya pada Orang Baru?

Sulit percaya pada orang baru adalah fenomena psikologis yang sering terjadi, baik dalam hubungan sosial maupun romantis. Meskipun kewaspadaan memang penting, kecenderungan untuk selalu curiga bisa menghambat pembentukan koneksi yang sehat dan bermakna. Rasa tidak percaya yang berlebihan sering kali membuat hubungan menjadi kaku, rapuh, atau bahkan gagal berkembang.

Kepercayaan adalah fondasi dari setiap hubungan yang sehat. Studi menunjukkan bahwa kepercayaan menyumbang hingga 62,5% dari variasi kualitas hubungan yang dirasakan. Setiap peningkatan 1 unit kepercayaan dalam hubungan romantis dapat meningkatkan kualitas hubungan sebesar 0,602 poin. Artinya, tanpa kepercayaan, sulit untuk mencapai kepuasan dan keintiman dalam sebuah hubungan.

Ada banyak alasan mengapa seseorang sulit percaya pada orang baru. Berikut beberapa faktor psikologis yang memengaruhi hal ini:

1. Teori Keterikatan – Pola Keterikatan Sejak Kecil Membentuk Cara Kita Percaya

Pola keterikatan (attachment style) yang terbentuk sejak kecil sangat memengaruhi cara kita memandang orang lain di masa dewasa. Ada tiga jenis utama pola keterikatan: anxiouss, avoidant, dan disorganized.

Orang dengan anxious attachment cenderung merasa tidak aman dalam hubungan, takut ditinggalkan, dan butuh kepastian terus-menerus. Hal ini membuat mereka sulit percaya karena selalu khawatir hubungan akan berakhir.

Sementara itu, orang dengan avoidant attachment menjaga jarak dari orang lain. Mereka takut dengan keintiman dan lebih memilih tidak terlalu bergantung pada orang lain, sehingga kepercayaan menjadi hambar.

Disorganized attachment muncul karena trauma atau pengasuhan yang tidak konsisten. Mereka merasa campuran antara ingin dekat dengan orang lain dan rasa takut yang besar akan kedekatan tersebut. Akibatnya, rasa percaya menjadi rapuh dan hubungan terasa tidak stabil.

2. Trauma dan Pengkhianatan – Luka Lama yang Membuat Sulit Percaya

Trauma dan pengalaman pengkhianatan di masa lalu sering kali menjadi alasan utama mengapa seseorang sulit percaya pada orang baru. Ketika seseorang pernah dikhianati, disakiti, atau mengalami kekerasan emosional, luka batin yang ditinggalkan tidak mudah sembuh.

Otak merespons trauma dengan cara menjadi hipervigilant, selalu waspada dan siaga terhadap kemungkinan bahaya. Meski mekanisme ini awalnya bertujuan melindungi diri, justru membuat seseorang kesulitan merasa aman dalam hubungan yang sehat dan suportif.

Akibatnya, setiap interaksi bisa terasa berisiko membuka luka lama yang begitu menyakitkan. Rasa curiga berlebihan, sulit memberi kepercayaan penuh, dan ketakutan bahwa orang lain akan mengulangi kesalahan yang sama sering muncul.

3. Social Learning Theory – Belajar Tidak Percaya dari Lingkungan

Social learning theory menjelaskan bahwa sikap, termasuk soal kepercayaan, dibentuk melalui proses belajar sosial. Jika seseorang sering menyaksikan pengkhianatan, kebohongan, atau janji yang dilanggar dalam lingkungannya, otaknya belajar bahwa “kepercayaan hanya berujung pada kekecewaan.”

Sebaliknya, mereka yang tumbuh di lingkungan penuh keteladanan positif cenderung lebih mudah membangun kepercayaan. Proses belajar ini memengaruhi cara mereka memandang orang lain dan bagaimana mereka membangun hubungan.

4. Cognitive Bias – Negativity Bias & Confirmation Bias

Cognitive bias atau cara otak memproses informasi secara tidak seimbang juga memengaruhi kepercayaan. Dua bias yang paling berpengaruh adalah negativity bias dan confirmation bias.

Negativity bias membuat kita lebih fokus pada pengalaman buruk dibanding pengalaman baik. Ini bisa membuat satu pengalaman negatif terasa lebih menonjol daripada sepuluh pengalaman positif.

Sementara itu, confirmation bias membuat seseorang mencari bukti yang mendukung kecurigaannya, sambil mengabaikan tanda-tanda kejujuran atau niat baik. Akibatnya, meskipun ada banyak perilaku positif dari orang lain, yang terlihat hanyalah hal-hal yang dianggap mencurigakan.

5. Strategi Mengatasi Trust Issues

Mengatasi trust issues memang tidak mudah, tapi bukan berarti mustahil. Berikut beberapa langkah yang bisa dicoba:

  • Terima risiko dalam membangun kepercayaan – Kepercayaan selalu datang dengan risiko, karena tidak ada manusia yang sempurna. Yang penting adalah membangun batasan dan ekspektasi yang sehat.
  • Pahami bagaimana kepercayaan bekerja – Ada orang yang mudah percaya hingga ada alasan untuk tidak, dan ada juga yang butuh waktu sampai benar-benar yakin. Keduanya wajar, pilih sesuai kenyamanan Anda.
  • Ambil risiko emosional – Tidak ada jalan pintas selain berani membuka diri. Biarkan diri Anda rentan, meski pelan-pelan.
  • Kenali akar masalahnya – Trust issues biasanya berakar dari luka masa lalu. Menyadari sumbernya bisa membantu proses penyembuhan.
  • Komunikasi terbuka – Jujur pada diri sendiri dan orang lain. Katakan jika Anda butuh waktu untuk belajar percaya.
  • Hargai orang-orang yang bisa dipercaya – Sadari siapa saja yang konsisten hadir untuk Anda, dan tunjukkan apresiasi pada mereka. Dari sana, Anda belajar lagi apa arti kepercayaan.

Dengan langkah-langkah ini, trust issues tidak lagi menjadi tembok permanen, melainkan tantangan yang bisa dilewati dengan kesabaran dan dukungan yang tepat.