Mengapa Ada yang Suka Cari Masalah? Ini Fakta Fenomena 'Kecanduan Drama'!

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Apa Itu Kecanduan Drama dan Mengapa Bisa Terjadi?

Banyak orang merasa hidupnya terasa hambar tanpa masalah. Mereka mencari-cari konflik kecil yang bisa dibesarkan agar hidup terasa lebih menarik. Fenomena ini dikenal sebagai kecanduan drama. Menurut psikolog Dr. Scott Lyons, drama bisa menjadi cara untuk melarikan diri dari rasa sakit emosional atau trauma masa lalu.

Ketika seseorang terbiasa dengan konflik, otaknya akan menghasilkan hormon seperti dopamin, adrenalin, dan kortisol setiap kali ada pertengkaran. Rasa bergejolak tersebut kemudian menjadi candu, sehingga drama bukan lagi sekadar ekspresi spontan, melainkan gaya hidup sehari-hari.

Tanda-Tanda Kecanduan Drama

Orang yang kecanduan drama biasanya menunjukkan pola perilaku yang jelas terlihat. Masalah kecil sering kali dibesar-besarkan, seolah dunia sedang runtuh. Hal ini diperparah oleh kebiasaan mengunggah konflik pribadi di media sosial, membuat drama semakin panjang karena mendapat perhatian dari orang lain.

Selain itu, mereka cenderung sulit mengatur emosi dan bereaksi secara berlebihan terhadap situasi yang biasa saja. Alih-alih menyelesaikan masalah dengan tenang, mereka justru mengulang-ulang konflik dan mencari alasan baru untuk membuat situasi tetap tegang. Akibatnya, hubungan pribadi maupun sosial menjadi penuh keributan yang melelahkan.

Akar Masalah Kecanduan Drama

Pertanyaan besar adalah mengapa ada orang yang begitu lekat dengan drama? Jawabannya sering kali berakar dari masa kecil. Banyak individu yang tumbuh di lingkungan penuh konflik terbiasa dengan suasana kacau, sehingga saat dewasa mereka merasa canggung ketika hidup berjalan tenang. Drama menjadi sesuatu yang akrab, bahkan menenangkan, karena sesuai dengan pola yang mereka kenal sejak lama.

Selain itu, drama juga bisa menjadi sarana mencari validasi. Dengan terlibat dalam konflik, seseorang merasa mendapat perhatian, meski melalui cara negatif. Kombinasi faktor psikologis dan biologis inilah yang membuat kecanduan drama sulit diputus.

Budaya Drama di Era Digital

Fenomena ini tidak hanya berlangsung di ranah pribadi, tetapi juga sudah menjadi bagian dari budaya populer. Kehidupan media sosial kini memberi panggung besar bagi siapa pun yang ingin menampilkan dramanya ke hadapan publik. Drama yang dulunya hanya terbatas dalam lingkaran keluarga atau teman kini bisa menjangkau audiens luas berkat platform digital.

Setiap konflik dapat viral dalam hitungan jam, mengundang komentar, kritik, atau dukungan, yang justru memperkuat sensasi dramatis bagi pelakunya. Dengan kata lain, masyarakat modern ikut memberi bahan bakar pada kecanduan drama melalui perhatian yang terus menerus tercurah pada setiap kontroversi. Maka, drama tidak lagi sekadar gejala personal, melainkan sudah menjadi ‘penyakit sosial’ yang dipelihara bersama.

Dampak Negatif dan Jalan Keluar

Meski terasa mendebarkan bagi sebagian orang, kecanduan drama membawa dampak negatif yang nyata. Tubuh yang terus menerus dibanjiri hormon stres akan kelelahan, bahkan berisiko mengalami gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. Dalam jangka panjang, kecanduan drama juga bisa merusak hubungan sosial, karena orang lain merasa lelah menghadapi konflik yang tidak ada habisnya.

Namun, kondisi ini bukan berarti tidak bisa diatasi. Langkah pertama adalah menyadari pola perilaku yang selalu mencari keributan. Setelah itu, belajar mengelola emosi lewat teknik relaksasi atau pernapasan bisa membantu tubuh terbiasa hidup tanpa ketegangan. Membatasi diri dari kebiasaan mengumbar masalah di media sosial juga penting untuk mengurangi eksposur drama.

Jika sudah terlalu sulit diatasi sendiri, mencari bantuan profesional seperti terapis bisa menjadi solusi efektif untuk membongkar akar trauma dan mengajarkan strategi keluar dari lingkaran konflik yang melelahkan.

Kesimpulan

Kecanduan drama adalah fenomena nyata yang dialami banyak orang, meski sering kali tidak disadari. Konflik yang terus dipelihara memang bisa menghadirkan sensasi tertentu, tetapi pada akhirnya hanya meninggalkan kelelahan emosional. Hidup tanpa drama bukan berarti hidup yang membosankan. Justru di situlah letak kebebasan dan kedamaian yang sebenarnya. Mengelola emosi, menghargai ketenangan, dan membangun hubungan yang sehat adalah langkah penting agar tidak terus terjebak dalam lingkaran drama yang merugikan.