Melewati Rumah Ferdy Sambo Setiap Pagi, Bule Jerman Terkejut, Merasakan Dua Indonesia

Pengalaman Jane, Warga Jerman di Indonesia yang Terkejut dengan Kehidupan di Kemang

Jane, seorang wanita asal Jerman yang telah tinggal selama lima tahun di Kemang, Jakarta Selatan, mengungkapkan keherannya terhadap perbedaan kehidupan yang ia lihat di sana. Ia menyebutkan bahwa setiap pagi, ia melewati rumah-rumah megah yang dimiliki oleh para pejabat, termasuk Ferdy Sambo. Menurutnya, hal ini sangat berbeda dari kehidupan di negaranya, di mana pejabat tidak tinggal seperti raja.

Jane mengaku sangat mencintai keindahan alam Indonesia dan memilih tinggal di Kemang karena itu. Namun, pengalamannya di sana membuatnya merasa terkejut. Ia melihat banyak sekali rumah mewah milik pejabat pemerintahan dan polisi, yang menurutnya tidak sesuai dengan apa yang biasanya terjadi di Jerman. Ia juga mengakui bahwa banyak rakyat Indonesia yang hidup sederhana bahkan dalam kondisi sulit.

Dalam video yang diunggah di akun Instagram @janejalanjalan pada Senin (7/9/2025), Jane menjelaskan pengalamannya selama tinggal di Indonesia. Ia menyebutkan bahwa setiap hari ia melewati rumah Ferdy Sambo dan melihat mobil-mobil besar serta karya seni dari pejabat lain. Ia menegaskan bahwa hal ini menjadi hal yang biasa bagi penduduk setempat, tetapi menurutnya, ini bukanlah hal yang biasa. Ia menyatakan bahwa di negaranya, pejabat tidak akan tinggal seperti raja.

Jane juga memahami mengapa banyak rakyat Indonesia marah karena melihat para pejabat hidup mewah sementara masyarakat umum mengalami kesulitan. Ia menyampaikan bahwa meskipun ia bukan orang Indonesia, ia tetap merasa marah atas ketidakadilan tersebut. Ia menyebutkan bahwa kehidupan mereka jauh lebih sulit daripada kehidupannya sendiri.

Dalam unggahan sebelumnya, Jane mengunggah perasaannya tentang Indonesia dengan kalimat dalam gambar. Ia menyatakan bahwa selama lima tahun tinggal sebagai warga negara asing, ia merasa hidup di dua Indonesia. Satu dunia adalah dunia korporasi dan orang-orang penting di Jakarta. Sementara dunia yang lain adalah perkampungan, hutan, angkot, ferry, tempat ia jalan-jalan dan belajar tentang cerita-cerita orang pinggiran.

Jane juga menyebutkan bahwa di satu sisi ada orang yang bisa belanja tas mewah satu tahun UMR lebih. Di sisi lain, anak-anak susah jalan kaki ke sekolah tanpa sepatu, keluarga hanya makan nasi pakai sambal, dan harus bayar pungutan liar. Ia juga menyinggung tewasnya driver gojek Affan Kurniawan yang meninggal terlindas rantis Brimob saat demo ricuh di Jakarta memprotes tunjangan DPR.

Jane mempersilakan mereka yang ingin membantu lewat donasi. Dalam unggahan pertama di akun Instagramnya, ia mengaku sebagai wanita Jerman yang jatuh cinta dengan keindahan Indonesia. Ia menyebutkan nama-nama Indonesia yang diberikan kepadanya, seperti Rambu, Siti, dan Boi. Ia juga menyampaikan bahwa ia masih belajar Bahasa Indonesia dan meminta maaf jika ada kesalahan.

Respons Pemerintah terhadap Tuntutan Rakyat

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) menggelar aksi demonstrasi di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Selasa (9/9/2025). Demo bertajuk #RakyatTagihJanji diikuti sekitar ratusan mahasiswa lintas fakultas se-UI. Kepala Departemen Kajian Strategis BEM UI, Diallo Hujanbiru, menjelaskan bahwa demo ini sebagai tindak lanjut tuntutan 17+8 yang disuarakan sejumlah elemen masyarakat beberapa waktu lalu.

Ia menyatakan bahwa pihaknya telah membedah berbagai tuntutan 17+8, baik yang sudah dipenuhi atau belum. Salah satu tuntutan yang belum dipenuhi adalah pembentukan tim investigasi atas kematian Affan Kurniawan yang terlindas mobil rantis Brimob. Dari semua tuntutan yang diajukan ke pemerintah, hanya 3 atau 4 saja yang sudah dipenuhi.

Wakil Menteri Sekretaris Negara Juri Ardiantoro memastikan bahwa pemerintah akan menindaklanjuti 17+8 Tuntutan Rakyat yang dilayangkan koalisi masyarakat sipil ke DPR RI. Menurut Juri, 17+8 Tuntutan Rakyat sudah diterima oleh semua menteri di Kabinet Merah Putih. Ia menyatakan bahwa semua ditindaklanjuti, meskipun tidak merinci kapan tindak lanjut tersebut dilakukan.

Dokumen 17+8 Tuntutan Rakyat diserahkan oleh perwakilan Kolektif 17+8 Indonesia Berbenah yang diisi sejumlah aktivis dan influencer. Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Fraksi Partai Gerindra Andre Rosiade dan anggota Komisi VI DPR RI Fraksi PDI-P Rieke Diah Pitaloka yang menerima 17+8 Tuntutan Rakyat tersebut. Sebanyak 17 poin tuntutan dibagi ke beberapa segmen dengan tujuan masing-masing lembaga dan institusi negara.

DPR akhirnya menanggapi tuntutan 17+8 rakyat dengan mengeluarkan enam poin keputusan hasil rapat konsultasi pimpinan DPR bersama fraksi-fraksi. Keputusan tersebut mencakup pemangkasan fasilitas, moratorium perjalanan dinas, serta peningkatan transparansi di parlemen. DPR juga akan memperkuat transparansi dan partisipasi publik dalam proses legislasi dan kebijakan lainnya.