Lulus dengan Ketekunan, Kisah Inspiratif Dua Wisudawan Unisba

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Kiprah Lulusan Unisba yang Menginspirasi

Pada pelaksanaan Wisuda Gelombang II Tahun Akademik 2024/2025 yang berlangsung di Aula Utama Unisba, Sabtu–Minggu (23–24/8/2025), lebih dari 1.700 lulusan berhasil mengukuhkan diri sebagai lulusan perguruan tinggi. Di antara mereka, terdapat dua tokoh yang menjadi inspirasi bagi banyak orang karena kisah perjuangan mereka yang penuh ketabahan dan kerja keras.

Adienda Alifah Mutiara Wardah: Dari Ragu Hingga Berprestasi

Adienda Alifah Mutiara Wardah adalah salah satu wisudawan yang menjadi contoh teladan. Ia lulus dengan predikat Pujian (IPK 3,72) dari Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Putri pertama dari tiga bersaudara ini berasal dari Kota Bandung. Awalnya, ia sempat ragu apakah bisa melanjutkan pendidikan tinggi. Namun, keberadaan beasiswa KIP Kuliah menjadi jalan untuk mewujudkannya.

“Awalnya sempat ragu bisa kuliah atau tidak, tetapi Alhamdulillah dengan adanya KIP, saya bisa duduk di bangku perkuliahan hingga menyelesaikan studi. Beasiswa ini sangat membantu, sekaligus menjadi motivasi untuk terus berprestasi,” ujarnya.

Selama masa perkuliahan, Adienda aktif dalam berbagai kegiatan organisasi. Ia terlibat dalam Himpunan Mahasiswa Akuntansi Unisba selama dua periode dan menginisiasi berbagai program seperti pelatihan untuk UMKM Tamansari serta program pengabdian masyarakat untuk UMKM Bojongsoang. Selain itu, ia juga bekerja paruh waktu di Trans Studio sebagai staf akuntansi dan audit untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Meski sang ibu sudah meninggal dunia dan ayahnya sedang berjuang melawan penyakit jantung serta diabetes, Adienda tetap tegar. “Ayah dan ibu adalah pahlawan terbaik saya. Pesan saya untuk ayah, tetap semangat, kuat, dan insya Allah ujian dari Allah akan bisa dilewati,” ucapnya dengan penuh haru.

Setelah lulus, Adienda akan melanjutkan studi melalui program fast track S2 dengan beasiswa dari Bank BSI. Harapannya, ilmu yang diperoleh bisa menjadi bekal untuk menebar manfaat lebih luas bagi masyarakat.

Hafitsa Saleh: Dari NTT Hingga Menjadi Inspirasi

Kisah lain datang dari Hafitsa Saleh, wisudawan Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, dengan IPK 3,20. Ia berasal dari Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebagai anak kedua dari lima bersaudara, ayahnya adalah seorang nelayan sekaligus petani musiman, sementara ibunya adalah ibu rumah tangga.

Hafitsa bisa berkuliah di Unisba berkat beasiswa Indonesia Timur. Beasiswa ini menjadi pintu baginya untuk menimba ilmu, setelah sebelumnya sempat gagal lolos seleksi PTN. “Beasiswa ini sangat berarti. Orang tua saya hanya perlu menanggung biaya perjalanan dari pondok ke kampus, selebihnya sudah ditanggung. Alhamdulillah, saya bisa belajar di Unisba,” ungkapnya.

Selama di Bandung, Hafitsa tinggal di Pondok Pesantren At-Tamim, Cileunyi, Kabupaten Bandung. Di pesantren ini, ia tetap istiqamah menghafal Al-Qur’an, dengan capaian mutqin sebanyak 5 juz. Selain itu, ia juga berperan sebagai pembina yang membimbing adik-adik santri, serta mendapat kesempatan untuk mengajar.

Kesederhanaan tidak membuatnya minder, justru menjadi dorongan untuk terus maju. “Saya memilih Unisba karena kampus ini bergengsi dan punya suasana islami yang mendukung,” ujarnya.

Setelah wisuda, Hafitsa berencana kembali ke tanah kelahirannya. “Insya Allah saya ingin pulang dan mengajar di NTT. Di sana masih banyak anak-anak yang membutuhkan guru berpendidikan tinggi. Ke depan, semoga ada peluang untuk melanjutkan S2,” harapnya.