
Bantuan Sumur Artesis untuk Mengatasi Krisis Air Bersih di Kabupaten Cirebon
Kabupaten Cirebon kini mendapatkan bantuan sumur artesis atau sumur dalam dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI. Bantuan ini diberikan sebagai upaya mitigasi terhadap bencana kekeringan yang sering melanda wilayah tersebut, terutama saat musim kemarau tiba.
Banyak desa di Kabupaten Cirebon mengalami krisis air bersih, sehingga keberadaan sumur artesis menjadi sangat penting. BPBD Kabupaten Cirebon telah merencanakan pembuatan sumur dalam pada tahun 2025, terutama di daerah-daerah yang rawan kekeringan. Proses pengajuan bantuan ini dilakukan oleh BPBD dan langsung ditanggapi oleh BNPB, sehingga bantuan bisa segera diberikan.
Sub Koordinator Kebencanaan Ahli Muda pada BPBD Kabupaten Cirebon, Juwanda, menjelaskan bahwa sumur artesis ini merupakan bagian dari upaya mitigasi kekeringan dari tahun 2025 hingga 2026. Ia menegaskan bahwa bantuan sumur dalam akan ditempatkan di lima titik sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, dengan memprioritaskan desa-desa yang paling membutuhkan air bersih selama musim kemarau.
Penempatan sumur dalam ini tidak hanya didasarkan pada kebutuhan masyarakat, tetapi juga disesuaikan dengan karakteristik tanah dan lingkungan sekitar. Menurut Juwanda, sumur dalam harus memiliki kedalaman lebih dari 100 meter agar dapat berfungsi secara optimal. Oleh karena itu, sebelum pengeboran dilakukan, dilakukan survey terlebih dahulu untuk mengetahui keberadaan sumber air dan kondisi geologis area tersebut.
Survey ini dilakukan secara menyeluruh, mulai dari wilayah timur hingga barat Kabupaten Cirebon. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa bantuan sumur artesis tidak terbuang percuma dan benar-benar memberikan manfaat bagi masyarakat yang membutuhkan.
Dari hasil survey, ditemukan lima desa yang layak untuk dibuatkan sumur artesis. Kelima desa tersebut antara lain Desa Cupang, Desa Walahar Kecamatan Gempol, Desa Greged, Desa Kamarang Kecamatan Greged, serta Desa Beber Kecamatan Beber. Namun, beberapa desa lain seperti Desa Kreyo, Desa Slangit Kecamatan Klangenan, dan Desa Dawuan Kecamatan Tengahtani tidak memenuhi syarat karena air hanya terdapat pada kedalaman 10 meter, yang tidak cukup untuk sumur artesis.
Juwanda memastikan bahwa pengerjaan sumur dalam ini akan dimulai pada tahun 2025. Setelah selesai, pengelolaan sumur akan diserahkan kepada pemerintah desa setempat. Ia menekankan bahwa air dari sumur artesis tidak boleh diperjualbelikan, melainkan digunakan secara gratis oleh masyarakat sekitar.
Harapan Juwanda adalah bantuan sumur artesis ini bisa terus berlanjut di masa depan, agar masyarakat di wilayah lain yang terdampak kekeringan juga bisa merasakan manfaatnya. Saat ini, Kabupaten Cirebon sering mengalami dampak kekeringan, terutama jika musim kemarau berlangsung lama. Diperkirakan, sebanyak 60 persen wilayah Kabupaten Cirebon terdampak kekeringan, yang mencakup 192 desa di 26 kecamatan.
Dengan adanya bantuan sumur artesis ini, diharapkan masyarakat dapat lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan air bersih, terutama selama musim kemarau. Selain itu, bantuan ini juga menjadi langkah strategis dalam upaya pencegahan dan mitigasi bencana kekeringan di wilayah tersebut.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!