
Presiden AS Tegaskan Kebijakan Tarif dengan Korea Selatan
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menegaskan bahwa pihaknya tidak akan mengubah ketentuan tarif dagang terhadap Korea Selatan. Pernyataan ini disampaikan meskipun Presiden Korea Selatan, Lee Jae Myung, melakukan lobi langsung dalam pertemuan tatap muka perdana mereka di Gedung Putih.
Pertemuan antara dua pemimpin tersebut berlangsung dengan suasana yang cukup dinamis. Meski ada ketegangan awal akibat pernyataan Trump yang menyentuh isu politik di Seoul, kedua belah pihak berhasil meredakan tensi dan menunjukkan optimisme terhadap kerja sama di berbagai bidang.
Trump menegaskan bahwa tarif 15% atas barang-barang dari Korea Selatan tetap berlaku. Ia menyatakan kepada wartawan bahwa “kami tetap pada posisi kami. Mereka akan melaksanakan kesepakatan yang sudah disetujui.” Hal ini menunjukkan bahwa pihak AS tidak akan mengubah kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Namun, pertemuan ini juga membahas beberapa topik penting seperti kerja sama dalam isu Korea Utara, keamanan kolektif, dan industri perkapalan. Trump menunjukkan sikap terbuka untuk kembali bertemu dengan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, dengan menyatakan bahwa hubungan mereka sangat bersahabat setelah dua kali bertemu selama masa jabatannya.
Upaya Diplomasi dan Perspektif Perdagangan
Dalam pertemuan tersebut, Lee Jae Myung berusaha meyakinkan Trump dengan berbagai argumen. Ia memberikan pujian atas kenaikan pasar saham AS, dekorasi Oval Office yang bernuansa emas, serta upaya perdamaian yang dilakukan oleh Trump. Bahkan, Lee menyampaikan candaan bahwa jika perdamaian tercapai, Trump bisa membangun menara di Korea Utara sebagai simbol penjaga perdamaian dunia.
Selain itu, kedua pemimpin juga membahas peluang kerja sama dalam industri perkapalan. Trump berjanji akan membeli kapal dari Korea Selatan, sementara Lee menyebutkan rencana investasi swasta senilai US$150 miliar yang akan ditanamkan di AS. Investasi ini mencakup pembangunan galangan kapal yang akan mempekerjakan tenaga kerja Amerika.
Meski begitu, isu tarif dagang masih menjadi sorotan. Pada Juli lalu, AS dan Korea Selatan mencapai kesepakatan menit terakhir yang mencegah tarif 25% atas ekspor Korsel. Namun, pejabat pemerintahan Trump disebut masih tidak puas dengan detail janji investasi US$350 miliar yang menjadi bagian dari kesepakatan tersebut.
Masalah Politik dan Kepercayaan Antara Dua Negara
Selain isu dagang, pertemuan ini juga menyentuh kerja sama pertahanan. Sebelumnya, Seoul sempat mencoba memasukkan isu pertahanan dalam negosiasi tarif. Namun, hal ini belum sepenuhnya terealisasi.
Sebelum tiba di Washington, Lee Jae Myung sempat mengingatkan bahwa sejumlah pejabat AS menilai kesepakatan Juli lalu terlalu menguntungkan Korea Selatan. Ia menyatakan bahwa “kami tidak bisa menerima upaya sepihak untuk membuka kembali apa yang sudah disetujui kedua presiden.”
Sementara itu, Trump sempat memperkeruh suasana dengan unggahan di Truth Social yang menyebut kondisi politik di Korea Selatan “seperti Pembersihan atau Revolusi.” Ia bahkan mengklaim ada penggerebekan terhadap gereja dan instalasi militer oleh pemerintahan baru di Seoul. Namun, setelah Lee menjelaskan bahwa kabar tersebut berkaitan dengan krisis politik warisan pemerintahan sebelumnya, Trump melunak dan menyebutnya sebagai kesalahpahaman.
Pertemuan ini menunjukkan bahwa meskipun ada tantangan, kedua negara tetap berupaya menjaga hubungan baik, terutama dalam konteks kerja sama ekonomi dan keamanan regional.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!