
Perjalanan dan Penutupan Maskapai Jetstar Asia
Maskapai berbiaya rendah Jetstar Asia akhirnya mengakhiri operasionalnya pada 31 Juli 2025. Keputusan ini menimbulkan banyak pertanyaan, terutama karena maskapai ini memiliki latar belakang yang kuat, yaitu sebagai anak perusahaan dari Qantas, maskapai nasional Australia. Selain itu, basis operasi dan jaringan penerbangan yang dimiliki Jetstar Asia juga sangat strategis, berada di kawasan Asia, khususnya di lingkaran Valeriepieris yang merupakan wilayah dengan jumlah penduduk terbesar di dunia.
Pertanyaan mengapa maskapai ini memutuskan untuk berhenti beroperasi tentu sangat wajar. Untuk memahami lebih dalam, kita bisa melihat beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab utamanya.
Sejarah dan Pengembangan Jetstar Asia
Jetstar, yang didirikan pada tahun 2001, awalnya adalah anak perusahaan dari Qantas. Tujuan utamanya adalah masuk ke pasar maskapai berbiaya rendah setelah kemunculan Virgin Australia. Jetstar kemudian berkembang dan melakukan ekspansi ke kawasan Asia, bekerja sama dengan berbagai mitra lokal. Hal ini membentuk Jetstar Group yang mencakup beberapa maskapai seperti Jetstar Japan, Jetstar Hong Kong, dan Jetstar Pacific.
Namun, tidak semua ekspansi berjalan lancar. Pada tahun 2020, Jetstar menjual 30% sahamnya di Jetstar Pacific, sehingga nama Pacific Airlines kembali digunakan. Sementara itu, Jetstar Hong Kong mengalami kesulitan karena otoritas setempat menolak izin operasional pada tahun 2015. Meskipun sudah memiliki pesawat, maskapai ini tidak pernah terbang.
Sementara itu, Jetstar Asia, yang didirikan pada tahun 2004, bertugas sebagai feeder bagi Qantas. Awalnya, maskapai ini melayani rute dari Singapura ke Australia. Namun, Jetstar Asia juga menghadapi tantangan, termasuk kebijakan proteksi dari pemerintah Tiongkok yang melarang maskapai asing melayani rute domestik Shanghai ke Beijing.
Pertumbuhan dan Ekspansi
Meski menghadapi tantangan, Jetstar Asia berhasil berkembang. Pada akhirnya, maskapai ini menambah destinasi seperti Bangkok, Hangzhou, dan Okinawa. Pada tahun 2006, Qantas mereposisi Jetstar Asia untuk melayani penerbangan jarak jauh dari Asia ke Australia. Di tahun 2014, Jetstar Asia mengakuisisi Valuair, yang memperluas armada dan jaringan penerbangan mereka.
Dengan pencapaian tersebut, pengumuman Qantas Group pada 11 Juni 2025 bahwa Jetstar Asia akan berhenti beroperasi pada 31 Juli 2025 mengejutkan banyak pihak.
Faktor-Faktor yang Membuat Jetstar Asia Berhenti
Beberapa faktor yang disebutkan oleh media online antara lain tingginya biaya supplier yang memengaruhi operasional maskapai, serta kompetisi yang ketat di kawasan Asia. Namun, apakah faktor-faktor ini juga memengaruhi maskapai berbiaya rendah lainnya seperti Scoot, Air Asia, atau VietJet?
Biasanya, penutupan sebuah usaha dapat disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Oleh karena itu, keputusan Jetstar Asia berhenti bisa saja dipengaruhi oleh alasan lain selain faktor eksternal atau internal. Meski begitu, alasan sebenarnya tetap menjadi domain mereka.
Lingkaran Valeriepieris dan Potensi Pasar
Salah satu hal menarik yang perlu dilihat adalah pangsa pasar Jetstar Asia, yang mencakup kawasan Asia dan lingkaran Valeriepieris. Menurut Washingtonpost.com, lingkaran ini mencakup 19 negara, termasuk negara-negara ASEAN dan sebagian Tiongkok. Wilayah ini memiliki populasi sekitar 4 miliar jiwa, membuatnya menjadi pasar yang sangat menjanjikan.
Namun, meskipun pasar potensial besar, keberhasilan di dunia penerbangan tidak hanya bergantung pada jumlah penduduk. Preferensi pelaku perjalanan dan wisata seperti harga tiket, pelayanan, jam keberangkatan, dan kesetiaan terhadap brand juga menjadi faktor penting.
Bandara Internasional Changi, misalnya, menjadi hub yang menghubungkan kawasan Asia dengan dunia. Konektivitas menjadi kunci, terutama untuk wisatawan yang ingin melakukan transit. Jam keberangkatan dan kedatangan yang sesuai harapan sangat penting dalam menarik pelanggan.
Kesimpulan
Keberadaan maskapai seperti Jetstar Asia di lingkaran Valeriepieris mengingatkan kita pada potensi pasar yang masih belum sepenuhnya dimanfaatkan. Wilayah ini memiliki populasi yang sangat besar, namun tidak semua pelaku perjalanan memilih maskapai tertentu. Dengan analisis yang lebih mendalam, maskapai dapat menyesuaikan strategi agar lebih efektif dalam bersaing di pasar yang kompetitif.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!