
Pernyataan Menteri Keuangan tentang Gaji Guru yang Menjadi Sorotan
Pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengenai gaji guru dan dosen di Indonesia menjadi viral di media sosial belakangan ini. Perkataannya muncul saat ia berbicara dalam acara Konvensi Sains Teknologi dan Industri Indonesia Tahun 2025 di ITB pada Kamis (7/8/2025). Dalam pidatonya, Sri Mulyani menyoroti rendahnya penghasilan para pendidik di negara ini.
Menurutnya, isu ini sering dibahas di media sosial. Banyak orang menyampaikan bahwa menjadi dosen atau guru tidak dihargai karena gajinya terlalu kecil. Ia menegaskan bahwa masalah ini menjadi tantangan bagi keuangan negara. "Apakah semuanya harus berasal dari keuangan negara ataukah ada partisipasi dari masyarakat?" tanyanya.
Sri Mulyani menilai bahwa masalah gaji guru dan dosen merupakan bagian dari tantangan membangun ekosistem pendidikan yang kuat. Anggaran pendidikan, menurutnya, harus berdampak nyata pada peningkatan mutu sumber daya manusia. "Apakah kita memberikan penghargaan atas pencapaian atau sekadar membagi uang demi pemerataan?" tanya dia.
Ia juga menekankan bahwa menjadi dosen bukan berarti mendapatkan keistimewaan dalam tunjangan. "Dosen juga harus diukur kinerjanya dan inilah yang mungkin jadi salah satu ujian bagi Indonesia," ujarnya.
Kritik dari Rocky Gerung
Pernyataan Sri Mulyani kemudian mendapat kritik pedas dari filsuf dan pengamat politik asal Indonesia, Rocky Gerung. Ia secara blak-blakan menyebutkan bahwa jika Sri Mulyani berada di Prancis era revolusi, kepalanya mungkin sudah dipenggal. Menurut Rocky, ucapan Menkeu tersebut sangat berbahaya karena menyalahi tugas konstitusional negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Rocky merujuk pada Revolusi Prancis 1789, di mana seorang menteri keuangan yang dianggap gagal dan membebani rakyat bisa menghadapi konsekuensi fatal. "Sri Mulyani kemarin bicara soal guru menjadi beban dari negara. Kalau dia ada di Prancis sudah lama dipenggal kepalanya," kritik Rocky.
Ia mengingatkan, sejarah mencatat bagaimana Menteri Keuangan Raja Louis XVI, Étienne de Silhouette, dianggap gagal karena menaikkan pajak rakyat demi menutupi biaya hidup mewah istana. Menurut Rocky, konteks ini adalah peringatan bahwa seorang menteri keuangan tidak boleh melupakan mandat dasar negaranya.
Rocky mempertanyakan pemahaman Sri Mulyani terhadap konstitusi Indonesia. Menurutnya, UUD 1945 secara tegas memerintahkan negara untuk bertanggung jawab atas pendidikan warganya. "Apakah Sri Mulyani mengerti bahwa tugas negara di Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa? Oleh karena itu, biaya pendidikan harus ditanggung negara," ucap Rocky.
Latar Belakang Sri Mulyani
Sri Mulyani Indrawati merupakan Menteri Keuangan Republik Indonesia. Ia pernah menjabat Menteri Keuangan era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan tetap menjalankan jabatan tersebut saat Jokowi menjadi Presiden RI. Jabatannya terus berlanjut hingga era Presiden Prabowo Subianto.
Lahir pada 26 Agustus 1962, Sri Mulyani adalah ekonom terkemuka Indonesia dengan latar belakang keluarga dari Kebumen, Jawa Tengah. Ia pernah menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia sejak 1 Juni 2010. Sebelum menjabat di pemerintahan, ia adalah dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sri Mulyani dikenal sebagai pengamat ekonomi yang memiliki prestasi besar. Selama menjabat sebagai Menteri Keuangan, ia berhasil menstabilkan ekonomi makro, mempertahankan kebijakan fiskal yang prudent, serta meningkatkan kepercayaan investor.
Prestasi dan Penghargaan
Sri Mulyani dinobatkan sebagai Menteri Keuangan terbaik Asia pada tahun 2006 oleh Emerging Markets Forum. Ia juga terpilih sebagai wanita paling berpengaruh ke-23 di dunia versi majalah Forbes tahun 2008. Selain itu, ia juga menerima penghargaan Finance Minister of the Year - East Asia Pacific pada beberapa tahun terakhir.
Pada tahun 2020, Global Markets memberikan penghargaan atas upaya penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia. Pada 2021, ia terpilih sebagai Co-Chairs Coalition of Finance Ministers for Climate Action (CFMCA).
Riwayat Pendidikan dan Organisasi
Sri Mulyani memperoleh gelar sarjana dari Universitas Indonesia pada 1986. Ia kemudian melanjutkan studi ke level magister dan doktor di bidang ekonomi dari University Illinois at Urbana-Champaign. Di tingkat organisasi, ia menjadi ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia periode 2019-2023. Ia juga menjadi Co-Chair Pathways for Prosperity Commission bersama Melinda Gates.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!