Jejak Pemburu Harta Karun dan Anak Penebus Dosa di Laut Karawang

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Kehidupan Nelayan yang Berubah Akibat Pemburuan Harta Karun dan Kerusakan Terumbu Karang

Di tengah cuaca yang tidak menentu dan ombak yang cukup kencang, puluhan nelayan dari Desa Sukakerta, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, berbondong-bondong pergi ke laut. Mereka membawa kapal masing-masing untuk mencari harta karun yang disebut-sebut berasal dari kapal karam milik VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) yang dulu pernah melintasi wilayah ini.

Pada masa 1980-an, kabar tentang adanya harta karun membuat semangat nelayan meningkat. Mereka berharap bisa menemukan emas atau barang bernilai lainnya di dalam kapal karam tersebut. Namun, malapetaka terjadi ketika beberapa nyawa hilang dan sejumlah lainnya mengalami cacat permanen akibat aktivitas tersebut. Salah satu korban adalah Nanang Sai, nelayan berusia 50 tahun, yang masih ingat betul pengalaman masa itu.

Nanang mengaku, saat itu ia masih berusia lima tahun dan ayahnya ikut dalam pencarian harta karun. Ia hanya menyaksikan suasana kegembiraan dan antusiasme warga yang ingin memperoleh kekayaan dari bawah laut. Meski tidak langsung terlibat, ia tetap merasa sedih karena ada korban jiwa.

Setelah pemburuan harta karun berakhir, para nelayan mulai menemukan bahwa dasar laut Karawang juga kaya akan terumbu karang. Awalnya, mereka mengambil terumbu karang untuk keperluan konstruksi rumah. Namun, karena faktor ekonomi dan kurangnya larangan, kebiasaan ini berkembang menjadi bisnis jual beli terumbu karang ke luar daerah.

Admu, nelayan berusia 29 tahun, tidak langsung mengalami masa pemburuan harta karun. Ia hanya mendengar cerita dari ayahnya. Namun, ia mengakui bahwa ia pernah terlibat dalam pengambilan terumbu karang secara masif.

Dame Saputra, nelayan berusia 37 tahun, juga mengingat cerita serupa dari ayahnya. Menurutnya, wilayah ini kaya akan terumbu karang, namun rusak akibat tindakan nelayan sendiri. Mereka menggunakan alat sederhana seperti kompresor tambal ban untuk menyelam dan menangkap ikan. Alat ini sangat berbahaya karena menyebabkan rasa panas dan kering di tenggorokan.

Pemburuan harta karun berlangsung hingga tahun 1995. Setelah itu, nelayan beralih ke pengambilan terumbu karang dan bahkan mulai menggunakan racun kimia untuk menangkap ikan. Hal ini menyebabkan penurunan drastis pada hasil tangkapan ikan, terutama antara tahun 2010 hingga 2020.

Akibatnya, masyarakat mulai sadar bahwa mereka harus menjaga lingkungan laut. Pemerintah juga memberlakukan undang-undang yang melarang pengambilan terumbu karang dan penggunaan alat berbahaya dalam menangkap ikan. Lokasi harta karun yang dulu diburu pun ditetapkan sebagai Benda Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) yang dilindungi.

Perubahan yang Mulai Terlihat

Kepala Bidang Kelautan Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat, Dyah Ayu Purwaningsih, membenarkan cerita tersebut. Lokasi yang dulunya digunakan untuk pemburuan harta karun kini menjadi kawasan dilindungi. Benda-benda dari kapal karam telah dibawa ke museum milik KPP.

Pejabat sementara (Pjs) Kepala Desa Sukakerta, Nurhasan, juga mengakui bahwa masyarakat kini bertransformasi dari pelaku kerusakan menjadi pelaku pelestarian. Mereka mulai menjaga ekosistem laut dan mangrove.

Program Otak Jawara

Pada tahun 2022, Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) bersama peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) hadir untuk membantu pemulihan terumbu karang. Program yang diberi nama Otak Jawara bertujuan untuk mengembalikan habitat terumbu karang, meningkatkan ekonomi nelayan, serta menciptakan alternatif mata pencaharian melalui pariwisata.

Kelompok Pandu Alam Sendulang (PAS), yang diketuai oleh Dame Saputra, terbentuk untuk melibatkan nelayan setempat dalam program ini. Mereka melakukan transplantasi terumbu karang dengan modul Paranje yang ditempatkan di dasar laut.

Selama empat tahun, perubahan mulai terlihat. Pertumbuhan terumbu karang yang baik dan meningkatnya jumlah ikan menjadi bukti bahwa usaha pemulihan berhasil. Bahkan, wisatawan mulai datang untuk snorkeling dan diving.

General Manager PHE ONWJ, Muzwir Wiratama, menjelaskan bahwa program ini merupakan komitmen jangka panjang untuk pelestarian lingkungan laut. Dengan bantuan edukasi, sertifikasi selam, dan alat yang lebih aman, nelayan dapat menjalani kegiatan tanpa risiko kesehatan yang besar.