Hari Pencegahan Bunuh Diri Dunia: 1 Kasus Mempengaruhi 35 Orang

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Risiko Bunuh Diri dan Pentingnya Pencegahan

Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa orang-orang dengan depresi dan kecemasan memiliki risiko tinggi untuk melakukan percobaan bunuh diri atau menyakiti diri sendiri. Data dari IHME Global Burden of Diseases tahun 2024 menunjukkan bahwa pada tahun 2021 terdapat sekitar 746 ribu kasus bunuh diri secara global, sementara di Indonesia tercatat 4.570 kasus. Jawa Tengah menjadi wilayah dengan jumlah kasus terbanyak pada 2024, yaitu sebanyak 478 kasus.

Hasil Cek Kesehatan Gratis (CKG) per 15 Agustus menunjukkan bahwa Jakarta menduduki peringkat tertinggi dalam persentase kemungkinan gejala depresi dan kecemasan secara nasional. Persentase tersebut mencapai 9,3 persen untuk depresi dan 7,6 persen untuk kecemasan. Secara nasional, kemungkinan terjadinya gejala depresi adalah sekitar 1 persen, sedangkan untuk kecemasan sebesar 0,9 persen. Data ini diperoleh dari 13 juta orang yang mengikuti pemeriksaan kesehatan jiwa dalam CKG, meskipun belum termasuk data dari sekolah.

Direktur Kesehatan Jiwa Kemenkes Imran Pambudi menjelaskan bahwa satu kasus bunuh diri dapat berdampak pada sekitar 35 orang, termasuk keluarga, teman, dan penolong. Oleh karena itu, pentingnya upaya pencegahan melalui pemberitaan yang bertanggung jawab melalui media. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan serta Peraturan Pelaksanaannya, PP Nomor 28 Tahun 2024, telah menetapkan aturan terkait pemberitaan tentang bunuh diri. Dewan Pers juga telah mengatur hal tersebut.

Media memiliki peran penting dalam mengubah narasi agar stigma dan kesalahpahaman tentang masalah mental dan bunuh diri berubah menjadi dukungan dan empati. Ketua Dewan Pers periode 2016–2019 Yosep "Stanley" Adi Prasetyo menyoroti bahwa pemberitaan yang tidak bertanggung jawab dapat berdampak pada keluarga korban, baik secara psikis maupun ekonomi. Selain itu, modus mengakhiri hidup yang diberitakan secara detail bisa memicu tindakan copycat suicide.

Jika wartawan memutuskan untuk memberitakan tentang bunuh diri, maka berita perlu diikuti dengan panduan agar audiens yang mengalami keputusasaan dan berniat bunuh diri dapat mengakses bantuan seperti konseling.

Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia

Setiap tahun pada tanggal 10 September, dunia memperingati World Suicide Prevention Day atau Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia. Di seluruh dunia, lebih dari 700.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahun, dan jutaan orang lainnya terpengaruh oleh dampaknya, termasuk keluarga, teman, dan masyarakat luas. Bunuh diri adalah masalah kesehatan mental yang kompleks, sering kali disertai perasaan putus asa, ketidakberdayaan, dan keterasingan.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bunuh diri merupakan salah satu dari 20 penyebab kematian utama di seluruh dunia, dan lebih banyak nyawa yang hilang karena bunuh diri dibandingkan gabungan konflik bersenjata dan penyakit menular tertentu. Mengubah narasi tentang bunuh diri berarti berhenti melihatnya hanya sebagai kelemahan individu atau tindakan egois, melainkan sebagai gejala dari kondisi kesehatan mental serius yang membutuhkan perhatian dan empati.

Fokus pada Kesehatan Mental dan Pencegahan

Upaya menghilangkan stigma juga perlu terus didorong dengan berbicara secara terbuka tentang bunuh diri tanpa menghakimi. Dengan demikian, lebih banyak orang akan berani mencari bantuan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa stigma adalah salah satu penghalang utama bagi orang yang mengalami pikiran bunuh diri untuk mendapatkan dukungan.

Mendorong diskusi yang terbuka, mengubah cara kita berbicara tentang bunuh diri baik di media, di rumah, maupun di tempat kerja dapat membuka jalan bagi mereka yang sedang berjuang untuk merasa didengar dan dipahami. Penting juga untuk mengedukasi masyarakat agar tahu bagaimana merespons seseorang yang sedang berisiko bunuh diri dengan cara yang benar.

Pencegahan bunuh diri tidak hanya memerlukan dukungan dari tenaga kesehatan profesional, tetapi juga dari teman, keluarga, dan komunitas. Menumbuhkan jaringan dukungan yang kuat dapat membantu individu merasa lebih terhubung dan termotivasi untuk mendapatkan bantuan ketika mereka membutuhkannya.