
Harga Bitcoin Melonjak, Level 117.000 Dolar AS Jadi Titik Kunci
Harga aset kripto utama, Bitcoin, berhasil menembus level 117 ribu dolar AS setelah Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) mengambil keputusan untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. Pergerakan ini menjadi tanda bahwa pasar semakin percaya pada potensi Bitcoin sebagai aset investasi jangka panjang.
Bitcoin, yang merupakan aset kripto pertama yang diciptakan dan digunakan secara global tanpa campur tangan pemerintah atau bank sentral, telah mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Aset ini diperkenalkan pada tahun 2009 oleh seseorang (atau kelompok) dengan nama samaran Satoshi Nakamoto. Sejak saat itu, Bitcoin terus berkembang menjadi salah satu aset digital yang paling diminati di dunia.
Pergerakan positif Bitcoin diperkuat oleh arus dana institusional melalui ETF (Exchange Traded Fund). Arus masuk dana dari lembaga investasi besar ini memberikan dukungan kuat bagi harga aset kripto tersebut. Pada 19 September 2025 pagi, Bitcoin diperdagangkan pada level 117.182 dolar AS. Tantangan terdekat adalah mengubah level 117.000 dolar AS menjadi support baru yang kuat.
Jika berhasil melewati level tersebut, peluang Bitcoin untuk menembus 120.000 dolar AS semakin terbuka. Hal ini menunjukkan bahwa pasar mulai melihat Bitcoin sebagai aset yang stabil dan layak untuk investasi jangka panjang.
Vice President Indodax, Antony Kusuma, menyampaikan bahwa lonjakan harga ini menunjukkan pergeseran kekuatan pasar. Menurutnya, investasi kripto, terutama Bitcoin, kini tidak hanya bergantung pada sentimen ritel, tetapi juga sudah masuk ke dalam kerangka investasi institusi global.
"Arus masuk ETF menjadi bukti nyata bahwa aset digital semakin diterima sebagai instrumen keuangan utama," ujar Antony.
Namun, ia juga menyebutkan bahwa investor ritel masih menunjukkan sikap hati-hati. Data on-chain mengindikasikan penurunan pada New Address Momentum, yang berarti lebih sedikit alamat baru masuk ke pasar. Kehati-hatian ini wajar karena volatilitas Bitcoin memang tinggi. Namun, aksi dari institusi justru menjadi fondasi utama reli kali ini.
Level psikologis 120.000 dolar AS akan menjadi tonggak penting. Jika berhasil dilewati, bukan hanya kepercayaan investor yang meningkat, tetapi juga potensi masuknya likuiditas baru dari institusi akan semakin besar.
Meski demikian, Antony menilai arah jangka panjang Bitcoin tetap positif, terutama di tengah perubahan kebijakan moneter global. "Kita harus melihat gambaran besar. Penurunan suku bunga menandakan likuiditas kembali mengalir. Dalam sejarah, situasi ini selalu menjadi katalis bagi pertumbuhan aset digital," kata Antony.
Arus masuk ke ETF Bitcoin sepanjang pekan ini mencatat tren positif, meskipun sempat melambat saat keputusan FOMC belum diumumkan. Data ini memperkuat pandangan bahwa investor besar tidak terpengaruh gejolak jangka pendek. Antony menggarisbawahi perbedaan sikap antara investor ritel dan institusi.
"Institusi berinvestasi dengan visi jangka panjang. Sementara ritel masih sering terjebak dalam pola fear and greed. Perbedaan perilaku ini yang membuat tren harga saat ini lebih stabil," paparnya.
Lebih lanjut Antony menyampaikan, kebijakan moneter global akan tetap menjadi faktor utama penentu arah Bitcoin dalam beberapa bulan ke depan. "Pasar akan terus memantau langkah The Fed berikutnya. Jika siklus pemangkasan suku bunga berlanjut, maka ruang pertumbuhan Bitcoin semakin terbuka."
Ia turut menekankan pentingnya literasi finansial dalam menyikapi kondisi ini. "Investor Indonesia harus memahami bahwa volatilitas adalah bagian dari perjalanan Bitcoin. Dengan pemahaman yang benar, risiko bisa dikelola dan peluang bisa dimaksimalkan," tuturnya.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!