
Harga Beras di Kabupaten Cirebon Masih Tinggi Meski Bulog Klaim Pencapaian Besar
Harga beras di Kabupaten Cirebon masih tergolong mahal meskipun ada klaim dari pihak tertentu mengenai peningkatan penyerapan gabah dan beras. Sampai pertengahan Agustus 2025, harga beras di wilayah ini masih berada di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh Badan Pangan Nasional (BPN). Hal ini menimbulkan ketidakseimbangan antara pernyataan resmi dengan kondisi yang terjadi di lapangan.
Berdasarkan data yang dirilis, Bulog Cirebon mengklaim telah memecahkan rekor nasional dalam hal penyerapan gabah dan beras sebanyak 133.600 ton setara beras hingga akhir Juli 2025. Jumlah tersebut terdiri dari 120.000 ton gabah kering panen (GKP) dan 69.000 ton beras. Penyerapan ini dilakukan melalui kerja sama dengan petani di empat daerah, yaitu Kota/Kabupaten Cirebon, Majalengka, dan Kuningan.
Namun, fakta di lapangan justru menunjukkan bahwa harga beras di Kabupaten Cirebon masih relatif tinggi. Di Pasar Sumber, salah satu pasar utama yang menjadi acuan harga beras di wilayah ini, harga beras medium dijual berkisar antara Rp13.000 hingga Rp13.200 per kilogram. Sementara itu, beras premium dengan kualitas lebih baik dibanderol antara Rp14.000 hingga Rp14.500 per kilogram.
Menurut informasi dari BPN, HET untuk beras medium ditetapkan sebesar Rp12.500 per kilogram. Dengan demikian, masih terdapat selisih harga yang cukup signifikan, mencapai Rp500 hingga Rp750 per kilogram. Hal ini menunjukkan bahwa harga beras di pasar belum sepenuhnya sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Rodiya, Sekretaris Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cirebon, menyampaikan bahwa kenaikan harga beras akibat musim panen raya telah melewati titik puncaknya. Saat ini, para petani masih menunggu hasil panen berikutnya yang diperkirakan akan terjadi pada akhir Agustus hingga September. Namun, sampai saat ini, pasokan beras di pasar masih terbatas, sehingga memengaruhi harga.
Sementara itu, Kepala Bulog Cirebon, Ramaijon Parulian Purba, menjelaskan bahwa pihaknya sedang merancang program SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) untuk melepas beras ke pasar. Menurutnya, Bulog mendapatkan penugasan untuk melepas beras SPHB sebanyak 30.000 ton. Diharapkan, program ini dapat membantu menurunkan harga beras agar kembali sesuai dengan HET yang telah ditetapkan.
Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap tingginya harga beras antara lain keterbatasan pasokan dari hasil panen terbaru, biaya pengangkutan, serta permintaan pasar yang masih tinggi. Selain itu, adanya penundaan distribusi beras dari Bulog juga turut memengaruhi stabilisasi harga di pasar.
Dalam rangka menstabilkan harga beras, pihak Bulog dan dinas terkait perlu meningkatkan koordinasi dalam memastikan distribusi beras berjalan lancar. Selain itu, perlu adanya pengawasan yang ketat terhadap praktik monopoli atau manipulasi harga oleh pedagang besar.
Dengan adanya program SPHP dan upaya-upaya lainnya, diharapkan harga beras di Kabupaten Cirebon dapat segera kembali sesuai dengan HET. Hal ini penting untuk menjaga kesejahteraan masyarakat, terutama bagi kalangan yang memiliki penghasilan rendah dan sangat bergantung pada beras sebagai sumber pangan utama.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!