
Kericuhan di Senayan Akibat Aksi Unjuk Rasa yang Berubah Menjadi Bentrokan
Pada Senin sore, kawasan Senayan di Jakarta mengalami kericuhan yang menimbulkan ketegangan antara massa aksi dan aparat kepolisian. Kejadian ini terjadi setelah petugas menggunakan gas air mata untuk membubarkan kerumunan yang semakin memanas.
Situasi di lokasi mulai memburuk sekitar pukul 16.00 WIB. Massa dari berbagai elemen masyarakat, termasuk pelajar, mencoba merangsek menuju Jalan Gatot Subroto. Tujuan mereka adalah untuk mendekati Gedung DPR/MPR/DPD RI, sebagai titik utama unjuk rasa. Namun, barisan aparat keamanan yang sudah berjaga sejak pagi hari berusaha menahan laju massa tersebut.
Ketika kerumunan mulai mendesak dan mencoba menerobos, petugas langsung mengambil tindakan dengan menembakkan gas air mata. Asap putih mulai menyebar di sekitar jalan, menyebabkan massa panik dan mencari tempat aman. Tindakan ini dilakukan karena massa yang didominasi oleh pelajar dinilai semakin provokatif.
Mereka tidak hanya berteriak, tetapi juga melempari barisan petugas dengan batu yang ditemukan di sekitar jalan. Hal ini membuat situasi semakin tidak terkendali dan berpotensi melukai aparat maupun warga sekitar. Beberapa pelajar yang masih mengenakan seragam sekolah bahkan nekat masuk melalui jalur tol dalam kota.
Gerombolan ini membawa bendera partai politik sambil melintas di jalur tol. Melihat situasi yang berpotensi lebih berbahaya, aparat kembali menembakkan gas air mata untuk membubarkan kerumunan. Peristiwa ini menunjukkan bahwa massa aksi kali ini tidak hanya menyuarakan aspirasi, tetapi juga menciptakan gesekan dengan aparat.
Kondisi ini menuntut langkah tegas, sekaligus menguji kesabaran aparat yang sebelumnya berkomitmen melakukan pengamanan secara humanis. Penggunaan gas air mata menjadi pilihan untuk menghindari kontak fisik langsung yang bisa memicu bentrokan lebih besar. Meski demikian, dampak dari penggunaan gas air mata tetap menimbulkan kepanikan di kalangan massa.
Banyak dari mereka yang berlarian, sebagian bahkan terlihat menutup wajah dengan kain atau jaket untuk mengurangi perih di mata. Aksi unjuk rasa yang awalnya damai berubah menjadi situasi penuh ketegangan. Keterlibatan pelajar menambah kompleksitas, karena mereka dianggap mudah terprovokasi.
Aparat menegaskan bahwa jalur tol maupun akses utama ke Gedung DPR/MPR harus tetap steril dari kerumunan demi menjaga keamanan publik. Mereka berupaya memastikan agar situasi tetap terkendali tanpa memicu konflik yang lebih besar. Dengan adanya tindakan tegas namun tetap mengedepankan keselamatan, diharapkan dapat mengurangi risiko cedera pada semua pihak.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!