Fakta Sejarah Jalur Legendaris Gumitir Jember, Tempat Pembuangan Mayat PKI

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Sejarah dan Perkembangan Jalur Gumitir yang Penuh Misteri

Jalur Gumitir di Jember, Jawa Timur, memiliki sejarah yang sangat panjang dan penuh dengan misteri. Dikenal sebagai jalur legendaris yang menghubungkan Jember dan Banyuwangi, jalur ini tidak hanya menjadi akses transportasi penting, tetapi juga menyimpan banyak fakta menyeramkan dari masa lalu.

Salah satu fakta terkenal adalah bahwa jalur ini pernah digunakan sebagai tempat pembuangan mayat orang-orang yang terafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1965. Saat itu, desa-desa seperti Sidomulyo di Kecamatan Silo menjadi tempat mencekam bagi warga setempat. Pal kuning dan jurang-jurang yang kini ditanami kopi menjadi kuburan massal bagi korban pembantaian.

Sejarawan asal Jember, RZ Hakim, menjelaskan bahwa jalur darat ini awalnya hanya berupa jalan setapak tanah yang digunakan oleh warga setempat. Jalur tersebut hanya bisa dilintasi oleh penunggang kuda atau pejalan kaki. Meskipun tidak mudah, jalur ini menjadi penghubung penting sebelum adanya rel kereta api.

Pada masa sebelum jalur kereta api dibangun, pengiriman hasil bumi dari ujung timur Jawa harus melewati jalur pantura Banyuwangi-Situbondo. Transportasi tradisional seperti cikar masih umum digunakan. Rencana pembangunan jalur kereta api yang membelah Gunung Gumitir dimulai setelah jalur Kalisat ke Panarukan, Situbondo, diresmikan pada 1897.

Jalur kereta api yang melewati Gunung Gumitir selesai dibangun pada 1904. Bersamaan dengan itu, jalur darat mulai dirancang. Material yang digunakan masih berupa tanah yang dipadatkan tanpa penerangan jalan. Hindia Belanda membuat desain jalur berkelok lengkap dengan saluran irigasinya yang bisa menuju areal perkebunan.

Sejak tahun 1910, jalur darat itu siap dilalui. Sejak saat itu, jalur ini mulai digunakan sebagai lalu lintas jalan nasional. Pada tahun 1920, ada bukti foto perbaikan jalur Gumitir, kemungkinan akibat longsoran tanah. Sejak dulu, tanah longsor sering terjadi di gunung purba ini.

Perlu jenis pohon-pohon besar untuk ditanam kembali sebagai naungan pohon-pohon perdu seperti kopi dan sebagai pondasi alami. Jember dikenal sebagai daerah perkebunan. Ekspansi perkebunanlah yang mempengaruhi pembukaan jalur Gumitir. Masa awal kemunculan perusahaan perkebunan swasta di Jember seperti NV. Landbouw Maatschappij Soekowono pada 1856 dan Landbouw Maatschappij Oud Djember (LMOD) pada 1859 hingga lahirnya perkebunan lain setelahnya.

Secara tak langsung, ekspansi perkebunan memberikan pengaruh luar biasa untuk perkembangan infrastruktur. Perkebunan-perkebunan Jember melebarkan sayapnya hingga ke wilayah Besuki sampai Banyuwangi melalui jalur darat. Hal ini turut meningkatkan perkembangan Jember serta kota-kota di sekitarnya.

Setelah Hindia Belanda membangun jalan melewati Gunung Gumitir, jalur ini menjadi akses distribusi hasil pertanian termasuk perkebunan. Menurut cerita tutur, di sepanjang Gunung Gumitir, tepatnya di jurang-jurang yang kini ditanami kopi, dipakai untuk pembuangan mayat orang-orang yang dianggap terafiliasi dengan PKI pada 1965.

Antara tahun 2003 sampai 2005, masyarakat ramai menanam kopi di jurang-jurang dan lereng sepanjang Gumitir. Padahal, dahulunya, Gumitir dipenuhi vegetasi pohon yang bahkan lebih rindang dari saat ini. Penanaman kopi rakyat perlu ditertibkan karena akar tanaman kopi tidak mampu menahan tanah. Akibatnya, tanah yang terus bergerak memperparah retakan dan plengsengan yang banyak dibangun ikut perlahan retak.

Ketika longsor terjadi, kopi akan membawa banyak tanah. Tanah yang terus bergerak membuat jalur tidak rata dan sering rusak, sehingga kerap mengakibatkan kecelakaan lalu lintas. Berdasarkan ilmu geologi, Gunung Gumitir rapuh dan tidak sekuat saat ia aktif pada masa dulu. Tak heran jika tanah longsor sering terjadi di jalur ini.

Perbaikan berkali-kali hanya sebagai cara untuk membuatnya bertahan lebih kuat menopang arus lalu lintas kendaraan. Seperti pereservasi yang saat ini tengah dilakukan di Km 233+500 atau yang lebih dikenal Tikungan Mbah Singo. Pemasangan cor atau bored pile akhirnya menjadi penyangga tanah Gumitir, pengganti akar-akar pohon yang banyak digantikan tanaman kopi.