
Kematian Zara Qairina: Kasus yang Memicu Kontroversi di Malaysia
Kematian tragis seorang siswi berusia 13 tahun, Zara Qairina Mahathir, di Malaysia kini menjadi perhatian besar baik dari masyarakat dalam negeri maupun internasional. Peristiwa ini tidak hanya menimbulkan duka mendalam, tetapi juga memicu banyak tanda tanya tentang penyebab kematian putri dari Noraidah Lamat tersebut.
Zara ditemukan dalam keadaan tak bernyawa di saluran pembuangan air dekat asrama sekolahnya dengan beberapa kejanggalan, termasuk adanya bekas memar di tubuhnya. Kejadian ini membuat keluarga dan masyarakat setempat merasa curiga bahwa kematian Zara bukanlah sesuatu yang alami.
Sidang Pengadilan dan Pemeriksaan Saksi
Kasus kematian Zara kini masuk ranah hukum. Pada Senin (18/8/2025), sidang resmi digelar di Pengadilan Kota Kinabalu, Malaysia. Dalam proses penyelidikan, sebanyak 195 orang telah diperiksa sebagai saksi, termasuk guru, siswa, hingga penjaga asrama.
Direktur Departemen Investigasi Kriminal Bukit Aman, Komisaris Datuk M. Kumar, menyatakan bahwa berkas investigasi hasil kerja tim khusus akan diserahkan kepada AGC pada 18 Agustus 2025. Menurutnya, penyelidikan difokuskan pada dua aspek utama, yaitu aspek investigasi umum serta unsur kriminal seperti dugaan perundungan dan penyebaran berita bohong.
Proses Penyelidikan dan Autopsi Ulang
Sebelumnya, Kamar Jaksa Agung (AGC) telah memerintahkan pemeriksaan kematian Zara Qairina berdasarkan laporan penyelidikan polisi yang diserahkan sehari sebelumnya, 12 Agustus. Pemeriksaan dilakukan sesuai Pasal 339 ayat (1) KUHAP untuk memastikan penyebab dan keadaan kematian, termasuk kemungkinan adanya unsur pidana.
Pihak AGC menegaskan bahwa proses tersebut akan ditangani Pengadilan Koroner secara independen dan transparan sesuai hukum yang berlaku. Namun, awalnya kematian Zara dianggap biasa sehingga tidak dilakukan visum.
Kronologi Kematian Zara
Zara adalah seorang siswi biasa tanpa catatan prestasi khusus yang sempat menarik perhatian publik. Pada 16 Juli 2025, Zara ditemukan dalam kondisi tidak sadarkan diri di sebuah saluran drainase dekat asrama sekolahnya. Ia tergeletak tepat di bawah bangunan lantai tiga. Awalnya, ia diduga jatuh dari ketinggian.
Dalam kondisi tak sadarkan diri, Zara dilarikan ke Rumah Sakit Queen Elizabeth I di Kota Kinabalu. Keesokan harinya, atau 17 Juli 2025, dokter menyatakan Zara mengalami mati otak dan alat bantu hidup dihentikan. Setelahnya, Zara pun dimakamkan tanpa proses visum yang seharusnya karena kematian yang dianggap biasa.
Namun, kisah Zara ini rupanya mengundang perhatian publik. Keluarga dan netizen Malaysia curiga bahwa kematian Zara bukan terjadi secara alami.
Dugaan Bullying dan Kelalaian Petugas
Muncul dugaan bahwa Zara merupakan korban bullying. Publik Malaysia pun kemudian mendorong dan menekan pihak terkait agar mengusut kasus ini. Keluarga Zara meminta agar pihak terkait membongkar makam siswi SMKA itu untuk dilakukan autopsi ulang.
Dalam konferensi pers, Direktur Departemen Investigasi Kriminal (CID) Bukit Aman, Datuk M. Kumar, mengungkapkan bahwa Zara meninggal akibat cedera otak yang disebabkan kekurangan oksigen dan aliran darah ke otak. Ada dugaan kelalaian prosedur yang dilakukan petugas, di mana petugas investigasi sempat tidak meminta pemeriksaan post-mortem.
Karena adanya pelanggaran, pihak terkait akan mengambil tindakan disipliner terhadap petugas dan atasannya. Dalam proses penyelidikan, sudah 82 pernyataan telah dikumpulkan, termasuk dari para siswa. Menurut hasil penyelidikan sementara, memang ada indikasi dugaan penindasan terhadap Zara.
Dugaan Keterlibatan "VIP" dan Jejak Memar
Kematian Zara ini masih menjadi misteri karena kasusnya semakin melebar dan diduga menjadi korban bullying hingga ada keterlibatan sosok VIP yang misterius. Spekulasi bahwa kematian Zara terkait perundungan dan kemungkinan keterlibatan oknum “VIP” sempat jadi ramai.
Dugaan ini tidak kunjung terverifikasi namun memicu ketidakpercayaan dan kemarahan publik. Dilansir Malay Mail, kematian Zara menuai kecurigaan dan publik Malaysia juga mengkritik kurangnya transparansi dari otoritas berwenang dalam penyelidikan kasus ini.
Selain itu, paling disorot dari kasus ini adalah pihak keluarga menemukan memar di tubuh Zara. Temuan itu didapatkan saat keluarga memandikan jenazah sebelum pemakaman. Pada momen itu, sesuatu yang baru dilaporkan dan memicu desakan untuk pembongkaran makam dan autopsi ulang.
Hingga akhirnya autopsi awal tidak dilakukan dan menyalahi protokol kasus kematian misterius. Namun setelah tekanan publik, makam Zara dibongkar dan autopsi post-mortem dilakukan pada awal Agustus. Hasil menyebut penyebab kematian: cedera otak traumatis (ensefalopati hipoksia-iskemik) yang dianggap konsisten dengan cedera akibat jatuh.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!