Ekonom Prediksi BI Pertahankan Suku Bunga di RDG 2025

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Prediksi BI akan Menahan Suku Bunga Acuan

Sejumlah ahli ekonomi memperkirakan bahwa Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuannya (BI Rate) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang dijadwalkan pada 16-17 September 2025. Prediksi ini mengacu pada kebijakan moneter yang serupa dengan yang akan diambil oleh Federal Reserve (The Fed) pada waktu yang sama.

Global Market Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, menyatakan bahwa BI kemungkinan besar akan tetap menjaga suku bunga acuan sebesar 7,5% dalam RDG mendatang. Ia menilai bahwa pergerakan nilai tukar rupiah menjadi salah satu faktor utama dalam pengambilan keputusan tersebut. Pada perdagangan hari ini (15/9/2025), rupiah tercatat melemah sebesar 0,25% menjadi Rp 16.416 per dolar AS. Hal ini disebabkan oleh penantian pasar terhadap kebijakan The Fed.

Myrdal menjelaskan bahwa jika rupiah mampu menguat di bawah Rp 16.200 per dolar AS sebelum pengumuman RDG, maka ada kemungkinan BI akan melakukan penurunan suku bunga. Namun, jika rupiah tetap berada di kisaran Rp 16.500, maka BI cenderung akan mempertahankan tingkat suku bunga saat ini.

Keputusan BI dalam RDG pekan ini diperkirakan akan fokus pada stabilitas moneter secara mulus. Meskipun demikian, Myrdal menilai bahwa BI masih perlu menurunkan suku bunga acuannya. Alasan utamanya adalah kondisi inflasi domestik yang relatif rendah, yaitu 2,31% hingga Agustus 2025. Selain itu, tekanan inflasi impor juga terjaga karena harga minyak mentah dunia berada di bawah US$ 70 per barel.

Dari sisi pertumbuhan ekonomi, Myrdal melihat bahwa perekonomian nasional masih membutuhkan dorongan lebih kuat agar bisa tumbuh lebih agresif. Penurunan suku bunga dapat membantu menurunkan biaya kredit, terutama bagi nasabah dengan kredit berbasis floating rate.

Pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2025 diperkirakan sulit mencapai 5,1% karena faktor musiman. Kuartal kedua masih didukung oleh momentum Lebaran dan pembayaran gaji ke-13, namun kuartal ketiga relatif sepi.

Selain itu, indikator makro lainnya seperti indeks keyakinan konsumen, penjualan ritel, dan volatilitas pasar keuangan pada Agustus–September masih menunjukkan kecenderungan lemah. Namun, posisi defisit anggaran tetap rendah berkat penerimaan dari devisa ekspor dan kebijakan hilirisasi.

Prediksi dari Ahli Ekonomi Lain

Tidak jauh berbeda dengan pendapat Myrdal, Chief Economist Bank Central Asia (BCA), David Sumual, juga memprediksi bahwa BI akan mempertahankan BI Rate pada bulan September 2025. Ia menilai bahwa pertumbuhan ekonomi akan cenderung lebih baik jika proyek-proyek flagship pemerintah dapat dioptimalkan.

David juga memperkirakan bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga acuannya. Prediksi ini didasarkan pada tren penurunan suku bunga yang terjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Keputusan The Fed diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia.