
Penggunaan Chromebook di SDN Sukowinangun 1 Membuka Dunia Baru bagi Siswa
Di ruang laboratorium komputer yang dulunya digunakan sebagai aula dan ruang kesenian, tangan mungil Syafeea terlihat lincah mengetik jawaban soal matematika di atas keyboard laptop warna abu-abu. Siang itu, ia bersama 15 siswa kelas 5A sedang menjalani pembelajaran menggunakan laptop.
"Saya tidak punya laptop di rumah, tapi sekarang sudah bisa menggunakan laptop untuk mengerjakan soal," ujarnya. Ia mengaku merasa senang belajar dengan laptop karena materi disajikan dalam bentuk gambar, video, dan audio.
Syafeea yang bercita-cita menjadi polisi mengatakan bahwa keberadaan laptop di sekolah membantunya lebih banyak mengeksplorasi minatnya menjadi penulis. Dengan laptop sekolah, ia berhasil mengikuti lomba menulis yang diselenggarakan Dinas Arpus Kabupaten Magetan beberapa waktu lalu. "Saya menulis asal usul Kabupaten Magetan. Nyari bahannya pakai laptop sekolah," tambahnya.
Selain Syafeea, Gibran, salah satu siswa kelas 5A lainnya, juga merasa terbantu oleh adanya laptop di sekolah. Ia menyukai pelajaran matematika karena pembelajaran dilakukan dengan kombinasi audio dan visual. "Lebih mudah belajar matematika kalau ada penjelasan dengan video maupun gambar. Belajarnya nggak bosan," katanya. Gibran yang menyukai sepak bola dan ingin menjadi pengusaha ini mengaku memiliki laptop di rumah, namun perangkat tersebut tidak selengkap laptop sekolah.
Adaptasi Sekolah Dasar di Daerah
SD Negeri Sukowinangun 1 menjadi contoh bagaimana sekolah dasar di daerah bisa beradaptasi dengan perkembangan digital. Di tengah hiruk-pikuk dunia teknologi, sekolah ini telah memanfaatkan perangkat digital seperti Chromebook untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Awalnya, sekolah hanya menerima 18 unit Chromebook secara bertahap. Pada awal penerimaan, tiga unit digunakan untuk administrasi guru karena jumlah perangkat masih terbatas. Namun, setelah pengiriman tahap kedua tiba, sekolah langsung membuka laboratorium khusus agar siswa dapat memanfaatkannya.
Pengalaman Pertama Menggunakan Teknologi
Bagi anak-anak, terutama siswa kelas 5 dan 6, pengalaman pertama menyentuh Chromebook menjadi momen berharga. Awalnya, mereka merasa takut dan khawatir akan salah pencet atau merusak perangkat. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka mulai terbiasa dan bahkan lebih cepat belajar daripada guru.
Di layar Chromebook, siswa tidak hanya mengerjakan soal latihan. Mereka juga mulai mengenal kuis interaktif Kahoot, belajar membuat poster lewat Canva, serta menonton video pembelajaran yang lebih variatif dibandingkan hanya dari buku.
Perubahan dalam Sistem Ujian
Kehadiran Chromebook juga membawa perubahan besar dalam sistem ujian. Sebelum adanya perangkat laptop, siswa SD Negeri Sukowinangun 1 harus menumpang ujian di SMP Negeri 2 Magetan. Kini, mereka bisa melaksanakan ujian sendiri di sekolah.
Meski hanya tersedia sekitar 18 unit untuk 235 siswa, pemanfaatan Chromebook diatur bergiliran. Biasanya, kelas 4 hingga kelas 6 mendapat jadwal dua hingga tiga kali dalam sebulan, dengan durasi 1–2 jam per pertemuan.
Bantuan dalam Administrasi Guru
Bagi guru, Chromebook sangat membantu dalam administrasi pembelajaran. Sinkronisasi dengan aplikasi resmi Kementerian Pendidikan membuat pengisian data lebih ringkas. "Mudah mengelola kelas digital karena terintegrasi dengan Google Classroom. Akses ke sumber belajar yang luas, selain pengembangan kompetensi digital guru," ujar Okki, guru pembimbing kegiatan IT SDN Sukowinangun 1.
Perubahan yang paling penting dengan keberadaan Chromebook, menurut Okki, adalah perubahan pola belajar bagi siswa. Mereka belajar tanggung jawab merawat perangkat, mengenal coding meski baru sebatas pengenalan, hingga terbuka wawasannya bahwa belajar bisa lebih kreatif.
"Harapan saya, perangkat ini bisa terus dimanfaatkan secara maksimal. Semoga nanti ada tambahan unit, supaya lebih banyak anak yang merasakan manfaatnya," pungkas Okki.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!