
Target Pertumbuhan Kredit BNI Tahun Ini
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), yang berada di bawah holding Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 8–10% hingga akhir 2025. Pada paruh pertama tahun ini, BNI mencatat pertumbuhan kredit sebesar 7% menjadi Rp 779 triliun dari Rp 727 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Meski angka tersebut sedikit di bawah target, pihak bank tetap optimis bahwa penyaluran kredit bisa mencapai target yang ditetapkan.
Menurut Head of Investor Relations BNI, Yohan Setio, secara historis, siklus pemberian kredit cenderung lebih berat di semester kedua, terutama kuartal keempat. Hal ini disebabkan oleh siklus modal kerja dan investasi perusahaan yang biasanya terjadi menjelang akhir tahun. Dengan melihat tren saat ini, BNI tetap percaya diri bahwa pertumbuhan kredit akan mencapai target yang ditetapkan.
Segmen Korporasi Tetap Dominan
Secara nilai, segmen korporasi masih menjadi penyumbang terbesar bagi kredit BNI. Lebih dari setengah basis kredit berasal dari segmen ini, dan diperkirakan tumbuh sekitar 10%. Yohan menjelaskan bahwa fokus utama BNI adalah pada korporasi blue chip yang lebih resilien dan memiliki siklus modal kerja yang lebih dapat diprediksi.
Selain itu, BNI juga mulai melihat ruang pertumbuhan yang lebih merata. Tahun ini, perseroan melihat potensi dari segmen UMKM dan perusahaan menengah. Setelah empat tahun melakukan perbaikan, BNI yakin bisa kembali tumbuh di dua segmen ini, meskipun dengan pendekatan yang tidak terlalu agresif.
Segmen Konsumer Menunjukkan Ketahanan
Segmen konsumer dinilai sebagai salah satu yang paling resilien. Tingkat utang rumah tangga di Indonesia masih relatif rendah dibandingkan negara-negara pasar muncul lainnya, sehingga permintaan kredit seperti KPR, kendaraan bermotor, serta personal loan tetap ada. Namun, target pertumbuhan untuk segmen ini tidak terlalu agresif.
Yohan mengatakan, BNI menargetkan pertumbuhan sekitar 10% untuk segmen konsumer, mengingat kondisi ekonomi yang hanya tumbuh sekitar 5%. Pihak bank tetap selektif dan mengedepankan aspek kehati-hatian dalam penyaluran kredit konsumer.
Kinerja Semester I 2025
Sepanjang semester I 2025, BNI mencatat laba bersih sebesar Rp 10,09 triliun, turun 5,6% dibandingkan Rp 10,7 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Penurunan laba terjadi meski kredit tumbuh 7,1% menjadi Rp 778,7 triliun. Dari sisi pendapatan, bunga naik 4,5% menjadi Rp 33,61 triliun, sementara beban bunga meningkat dari Rp 13,01 triliun menjadi Rp 14,01 triliun.
Pendapatan asuransi turun dari Rp 786 miliar menjadi Rp 343 miliar, sedangkan beban operasional naik dari Rp 6,9 triliun menjadi Rp 7,5 triliun, dipengaruhi oleh kenaikan beban pencadangan dan turunnya keuntungan transaksi derivatif.
Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Segmen
Pertumbuhan kredit masih didorong oleh segmen korporasi yang naik 10,4% yoy menjadi Rp 435,8 triliun. Kredit konsumer juga tumbuh 10,7% menjadi Rp 147 triliun, didorong oleh personal loan dan KPR. Sementara itu, kredit UMKM non-KUR meningkat 9,2% menjadi Rp 44,4 triliun, dan segmen komersial tumbuh 5,5%.
Kinerja anak usaha BNI juga mencatat perbaikan, termasuk hibank yang fokus pada pembiayaan UKM, dengan lonjakan kredit sebesar 31% dan rasio kredit bermasalah (NPL) di bawah 1%. Secara keseluruhan, NPL BNI turun menjadi 1,9% dan Loan at Risk (LAR) membaik ke 11%.
Dana Pihak Ketiga dan Permodalan
BNI mencatat Dana Pihak Ketiga (DPK) naik 16,5% yoy menjadi Rp 900 triliun, didorong pertumbuhan dana murah (CASA) 18,7% menjadi Rp 647,6 triliun. Rasio CASA meningkat dari 70,7% menjadi 72%.
Dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal (CAR) naik menjadi 21,1%. Sementara itu, Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat 86,2% dan rasio likuiditas LCR serta NSFR masing-masing mencapai 144,2% dan 143%.
Fokus pada Sektor Produktif
Wakil Direktur Utama BNI Alexandra Askandar mengatakan, penguatan dana murah dan perbaikan kualitas aset menjadi kunci ekspansi kredit ke depan. Fokus BNI tetap pada sektor produktif seperti pertanian, industri makanan dan minuman, telekomunikasi, infrastruktur, perumahan, hilirisasi energi, dan UMKM.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!