Asing Lepas Rp14,24 Triliun dalam Empat Hari

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Aliran Modal Asing Keluar Bersih dari Pasar Keuangan Indonesia

Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing yang keluar bersih dari pasar keuangan domestik sebesar Rp14,24 triliun pada pekan kedua bulan ini, yaitu periode 8 hingga 11 September 2025. Angka ini terdiri dari aliran modal asing yang keluar bersih di tiga segmen pasar utama, yaitu pasar saham, Surat Berharga Negara (SBN), dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Masing-masing segmen tersebut mengalami penarikan dana sebesar Rp2,22 triliun, Rp5,45 triliun, dan Rp6,57 triliun.

Data ini diungkapkan oleh Ramdan Denny Prakoso, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, pada Jumat (12/9). Penarikan dana ini menunjukkan adanya tekanan terhadap pasar keuangan Indonesia dalam beberapa hari terakhir. Hal ini juga terjadi sejak awal tahun hingga 11 September 2025, di mana modal asing tercatat keluar bersih dari pasar saham sebesar Rp54,33 triliun dan SRBI sebesar Rp117,72 triliun. Sementara itu, pasar SBN justru mengalami aliran modal asing masuk bersih sebesar Rp58,94 triliun.

Selain itu, premi risiko investasi Indonesia juga mengalami penurunan. Pada 4 September 2025, premi risiko tersebut berada pada level 69,55 basis poin (bps), namun turun menjadi 69,04 bps pada 11 September 2025. Penurunan ini menunjukkan sedikit peningkatan keyakinan investor terhadap kondisi ekonomi Indonesia.

Indeks Keyakinan Konsumen Turun Lagi

Indeks keyakinan konsumen kembali menurun, mencatat tingkat terendah sepanjang tahun 2025. Hal ini menunjukkan bahwa optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi masih rendah. Faktor-faktor seperti inflasi, harga barang kebutuhan pokok, serta ketidakpastian politik dapat memengaruhi indeks tersebut.

Dalam konteks global, bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), disebut berpotensi menurunkan suku bunga. Kebijakan ini bisa memengaruhi arus modal internasional, termasuk pengaruhnya terhadap pasar keuangan Indonesia. Di tengah ketidakpastian tersebut, emas kembali menjadi pilihan aset safe haven bagi investor yang ingin melindungi portofolio mereka.

Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

Dalam perkembangan nilai tukar, rupiah dibuka menguat tipis pada Jumat (12/9) di level Rp16.425 per dolar Amerika Serikat (AS), dibandingkan posisi penutupan perdagangan Kamis (11/9) yang berada di level Rp16.455 per dolar AS. Meskipun menguat, pergerakan rupiah masih terbatas akibat tekanan dari faktor eksternal.

Indeks dolar AS (DXY) juga melemah ke level 97,53 pada akhir perdagangan Kamis (11/9). DXY merupakan indikator pergerakan dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia, antara lain euro, yen Jepang, pound Inggris, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss. Pelemahan DXY menunjukkan bahwa dolar AS sedang menghadapi tekanan dari berbagai mata uang lainnya.

Pergerakan Imbal Hasil SBN dan US Treasury

Imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun juga mengalami penurunan. Pada Jumat (12/9) pagi, yield SBN 10 tahun berada di level 6,33%, turun dari sebelumnya 6,37% pada akhir perdagangan Kamis (11/9). Penurunan ini menunjukkan bahwa permintaan terhadap SBN masih cukup tinggi meskipun ada tekanan dari pasar modal asing.

Di sisi lain, imbal hasil US Treasury Note 10 tahun juga turun ke level 4,01% pada akhir perdagangan dalam hari yang sama. Pergerakan ini mencerminkan perubahan dalam dinamika pasar obligasi global, terutama di tengah harapan The Fed untuk menurunkan suku bunga.