Anggaran Terbatas, Pemerintah Akan Gunakan SAL Secara Rutin Selama 5 Tahun Ke Depan

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Menilai Ruang Fiskal Pemerintahan Baru Terbatas

Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan dari sebuah lembaga riset, M Rizal Taufikurahman, menilai bahwa ruang fiskal pemerintahan Presiden Prabowo Subianto tergolong sempit sejak awal masa jabatannya. Hal ini disebabkan oleh besarnya belanja program prioritas yang dikeluarkan, sementara penerimaan negara tidak dapat meningkat secara signifikan dalam waktu singkat.

Menurutnya, SAL (Sisa Anggaran Lebih) menjadi salah satu instrumen strategis sebagai buffer fiskal jangka pendek. Ia menjelaskan bahwa dalam lima tahun ke depan, penggunaan SAL sangat mungkin dilakukan, meskipun proporsinya bisa berbeda setiap tahun. Pola penggunaan SAL akan bergantung pada dua faktor utama.

Pertama, keberhasilan pemerintah dalam memperluas basis pajak serta menekan tax gap. Kedua, realisasi efisiensi belanja negara. Jika reformasi perpajakan berjalan lambat dan belanja tetap ekspansif, maka ketergantungan pada SAL akan semakin tinggi. Dengan demikian, kemungkinan besar SAL akan digunakan secara rutin selama lima tahun, minimal untuk menutup defisit agar beban utang tidak semakin meningkat.

Namun, ia juga mengingatkan bahwa penggunaan SAL bersamaan dengan penarikan utang baru berpotensi menimbulkan dilema. Di satu sisi, SAL bisa membantu menahan laju pembiayaan utang agar tidak terlalu agresif. Namun, bila utang tetap ditarik dalam jumlah besar, fungsi SAL sebagai buffer akan melemah.

Rizal menjelaskan bahwa SAL hanya berfungsi sebagai bantalan sementara, bukan sebagai instrumen penguatan fundamental fiskal. Jika pola ini terus berlangsung, dalam lima tahun ke depan daya tahan buffer akan tergerus karena SAL memiliki batasan, sedangkan defisit bersifat berulang.

Standar Ideal untuk Posisi SAL

Ia menekankan bahwa idealnya posisi SAL sebagai fiscal buffer harus setara minimal 5%–6% dari total belanja negara tahunan, atau sekitar 2%–3% dari PDB (Produk Domestik Bruto). Dengan proporsi tersebut, SAL cukup untuk menutup kebutuhan belanja tak terduga atau shock ekonomi tanpa harus langsung mengandalkan utang.

Saat ini, posisi SAL Indonesia relatif cukup besar. Namun, tantangannya adalah menjaga konsistensi level tersebut sambil tetap disiplin dalam penggunaan. Jika SAL terus terkuras tanpa ada upaya replenishment (pengisian ulang), maka fungsinya sebagai bantalan fiskal akan hilang.

Tantangan Pengelolaan SAL

Pengelolaan SAL yang baik sangat penting untuk menjaga stabilitas fiskal jangka panjang. Meski saat ini posisi SAL masih cukup kuat, penggunaannya yang berkelanjutan tanpa adanya upaya untuk mengisi kembali bisa membuat SAL kehabisan cadangan. Hal ini berisiko mengurangi kemampuan negara dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi di masa depan.

Selain itu, penggunaan SAL yang terlalu sering tanpa disertai reformasi struktural seperti perbaikan sistem perpajakan dan efisiensi belanja bisa berujung pada ketergantungan yang berlebihan. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk merancang kebijakan yang tidak hanya mengandalkan SAL, tetapi juga memperkuat fondasi fiskal secara menyeluruh.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, SAL memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan fiskal, terutama dalam situasi yang tidak pasti. Namun, penggunaannya harus dilakukan secara bijak dan didukung oleh langkah-langkah strategis lainnya. Dengan demikian, negara bisa tetap stabil secara finansial tanpa mengorbankan keberlanjutan ekonomi jangka panjang.