
Kekurangan Penginapan di Kuansing Mengganggu Pengalaman Wisatawan
Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Provinsi Riau, menghadapi tantangan serius dalam menyediakan akomodasi yang memadai bagi para wisatawan yang datang untuk mengikuti Festival Pacu Jalur 2025. Minimnya jumlah penginapan dan harga yang relatif tinggi menjadi kendala utama yang dialami oleh banyak pengunjung.
Selain keterbatasan kamar, harga penginapan di berbagai jenis tempat seperti hotel, wisma, dan homestay juga tergolong mahal. Hal ini membuat sebagian besar wisatawan memilih untuk menginap di luar daerah, misalnya di Kota Pekanbaru. Namun, bagi mereka yang belum mengetahui kondisi penginapan di Kuansing, situasi ini bisa sangat mengganggu perjalanan mereka.
Salah satu contoh kasus adalah Fitri, seorang wisatawan asal Batam, yang bersama rombongan tiba di Kuansing pada malam hari. Karena tidak dapat menemukan kamar penginapan, mereka terpaksa menginap di pelataran masjid yang dekat dengan lokasi festival.
“Kami tidak tahu kalau semua penginapan penuh. Sampai sini malam, akhirnya nginap di pelataran masjid,” ujar Fitri, yang datang bersama tiga temannya dari Batam. Ia mengaku telah bertanya ke berbagai orang, termasuk petugas Pol PP, tetapi tidak mendapatkan informasi yang bermanfaat.
Selama di pelataran masjid, Fitri dan rombongan kesulitan untuk tidur. Dinginnya angin malam serta kekhawatiran akan keselamatan barang bawaan membuat mereka begadang semalaman. Setelah sarapan menjelang siang, mereka langsung menuju tribun penonton untuk mencari tempat duduk yang strategis.
Setelah menonton pertandingan Pacu Jalur keesokan harinya, Fitri dan rombongan memutuskan untuk kembali ke Pekanbaru untuk bermalam. Ia tidak menyangka akan mengalami kesulitan dalam mencari penginapan di Kuansing. Ia nekat datang ke Kuansing demi menyaksikan penampilan Dikha, bocah penari Jalur yang viral melalui aura farmingnya.
Peristiwa ini menjadi catatan penting bagi Pemerintah Kabupaten Kuansing agar ke depan dapat memperluas kapasitas penginapan dan menyediakan informasi yang lebih mudah diakses oleh wisatawan. Hal ini dilakukan demi meningkatkan kenyamanan tamu-tamu dari luar daerah.
Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Azhar mengakui bahwa Kuansing masih memiliki sedikit penginapan. Dari total hotel dan wisma, hanya tersedia 391 unit kamar. Sementara itu, dari 50 homestay yang ada, hanya 250 kamar yang tersedia.
“Beberapa hari jelang Festival Pacu Jalur, kamar-kamar tersebut sudah habis dibooking,” ujar Azhar. Situasi ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah penginapan dan penyediaan informasi yang lebih baik sangat diperlukan untuk mencegah pengalaman buruk yang dialami oleh wisatawan seperti Fitri.
Dengan demikian, Pemkab Kuansing perlu segera merancang strategi jangka panjang untuk mengatasi masalah ini, termasuk memperluas kapasitas penginapan dan meningkatkan promosi informasi penginapan kepada wisatawan. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan festival tahunan yang populer ini dapat memberikan pengalaman yang lebih nyaman bagi seluruh peserta.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!