Tiga Puluh Rupiah!

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Dipublikasikan pada, 26 Agustus -- 26 Agustus 2025 12:41 AM

Di Raiwind, Lahore, dua bersaudara dibunuh secara terbuka setelah terjadi perselisihan hanya atas tiga puluh rupee. Kekejaman pembunuhan itu menimbulkan kekhawatiran, dan cara pelaksanaannya telah menciptakan gelombang keterkejutan di seluruh negeri.

Pemukulan yang berlangsung lama, yang terekam dalam video, terjadi di depan puluhan saksi yang menyaksikan. Ini bukan sebuah kerumunan yang menyerang karena penghinaan terhadap agama atau kekerasan antar kelompok dimana orang-orang takut untuk mengambil tindakan.

Itu adalah orang-orang Pakistan biasa yang mengubah argumen kecil menjadi hukuman mematikan. Hal ini seharusnya membuat kita lebih gelisah daripada setiap slogan kosong tentang "hukum dan ketertiban."

Masalah Pakistan tidak terbatas pada ekstremisme ideologis; itu juga merupakan kecenderungan yang dalam untuk beralih ke kekerasan sehari-hari. Menurut laporan Polisi Punjab tahun 2023, lebih dari 4.000 orang dibunuh di provinsi tersebut tahun lalu, banyak di antaranya tewas dalam perkelahian di jalan raya, sengketa keluarga, atau perselisihan tanah.

Pembunuhan-pembunuhan Raiwind adalah bagian dari pola yang lebih luas di mana konflik kecil terkait uang, kecelakaan lalu lintas, atau persaingan antar tetangga berubah menjadi pembunuhan. Ketika penyelesaian konflik gagal di semua tingkat - dari kelas hingga kantor polisi - biayanya diukur dengan nyawa manusia.

Lembaga-lembaga kami memikul tanggung jawab berat atas kegagalan ini. Polisi jarang dipercaya untuk menyelesaikan sengketa. Reputasi mereka yang sering tiba terlambat atau bertindak secara selektif telah membuat warga mengambil inisiatif "menyelesaikan" masalah sendiri, sering kali dengan kekerasan. Pengadilan, yang bergerak sangat lambat, memberikan sedikit jaminan hukum sehingga pelaku merasa lebih percaya diri untuk bertindak di siang hari. Pendidikan pun tidak mengisi kekosongan tersebut. Kurikulum sekolah masih menekankan ketaatan dan politik identitas sementara mengabaikan empati, tanggung jawab warga negara, serta cara-cara non-kekerasan dalam menyelesaikan perselisihan. Fakta bahwa puluhan orang menyaksikan dua pria dipukuli hingga mati, namun tidak ada yang intervensi, mencerminkan masyarakat yang terbiasa melihat kekerasan sebagai hal biasa dan mengharapkan tidak ada dukungan jika seseorang berani turun tangan. Merekam dengan ponsel telah menggantikan kewajiban untuk melindungi sesama warga.

Jelas bahwa krisis ini membutuhkan lebih dari sekadar kecaman. Pemerintah Punjab harus memastikan setiap pelaku diadili dan dihukum secara cepat, bukan tenggelam dalam penundaan kasus. Reformasi kepolisian harus fokus pada pelatihan manajemen konflik dan akuntabilitas bagi petugas yang gagal bertindak. Pendidikan warga harus segera diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah untuk menanamkan rasa hormat terhadap hidup dan alat penyelesaian sengketa secara damai.

Dua orang pria tewas demi tiga puluh rupee, namun kerugian yang lebih dalam adalah kehilangan kepercayaan publik dan kendali diri sosial. Jika Pakistan tidak dapat mencegah pembunuhan yang timbul dari perselisihan kecil, maka segala pembicaraan tentang melawan ekstremisme atau meningkatkan tata kelola menjadi kosong. *