
Dipublikasikan pada, 26 Agustus -- 26 Agustus 2025 12:41 AM
Banjir musim hujan tahun ini sekali lagi menegaskan sebuah kebenaran sederhana: sungai tidak berhenti di batas negara. Dengan ratusan korban tewas di Pakistan dan ribuan yang terlantar, amukan sungai yang meluap telah tenggelamkan desa-desa utuh.
Pada momen ini, India, meskipun telah menangguhkan Perjanjian Air Sungai Indus pada awal tahun ini, secara diam-diam mengirimkan peringatan tentang kemungkinan banjir di Sungai Tawi. Peringatan tersebut, yang disampaikan melalui saluran diplomatik bukan melalui Komisi, memicu protes dari Kementerian Luar Negeri Pakistan.
Bahkan demikian, peringatan tersebut memungkinkan otoritas di Punjab untuk menerbitkan advis dan bersiap menghadapi bantuan. Di tengah ketidakpercayaan yang dalam, data tetap berhasil menyebar.
Episode ini mengilustrasikan kerentanan pengaturan yang ada dan urgensi pemulihannya. Perjanjian Air Sungai Indus bertahan selama perang karena menciptakan saluran berbasis aturan untuk manajemen air.
Penghentian sepihak ini menimbulkan ketidakpastian di dalam sistem yang prediktabilitasnya menyelamatkan nyawa. Pakistan secara konsisten mempertahankan bahwa perjanjian tersebut mengikat, dan Menteri Luar Negeri Ishaq Dar telah mengulangi bahwa setiap upaya untuk membatasi hak kami akan tidak dapat diterima.
Di balik latar belakang ini, Islamabad telah menawarkan dialog dan tetap fokus pada kewajiban kemanusiaan, menekankan bahwa nyawa dan penghidupan harus diutamakan daripada sikap yang tidak perlu.
Cerita yang lebih dalam berada di luar argumen hukum. Perubahan iklim sedang menulis ulang hidrologi Asia Selatan. Musim hujan yang lebih berat, pencairan gletser yang cepat, dan banjir yang tidak teratur kini menjadi norma.
Sungai Sutlej, Ravi, Jhelum, dan Indus masih menghubungkan kita; terlalu sering dalam krisis, tetapi secara potensial dalam kolaborasi. Mengingat hal ini, peramalan bersama, perencanaan bencana, dan pengelolaan waduk seharusnya mengalir dengan alami antara tetangga seperti sungai-sungai itu sendiri, bagian dari kehidupan sehari-hari daripada menjadi pengecualian.
Pakistan menghargai setiap tindakan yang menyelamatkan rakyatnya. Namun, keamanan yang berkelanjutan bergantung pada lebih dari sekadar peringatan sementara. Saluran perjanjian harus dipulihkan, ketahanan iklim diperkuat, dan politik air harus dibebaskan dari unilateralisme.
Banjir musim ini adalah pengingat lain (seolah-olah kita membutuhkannya) bahwa kelangsungan hidup di Asia Selatan bukan lagi sekadar soal kedaulatan, tetapi juga adaptasi bersama.
Jika India dan Pakistan bekerja sama daripada bersaing, air yang menghancurkan desa-desa hari ini suatu hari nanti dapat mendukung stabilitas dan kemakmuran kedua negara tersebut. *
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!