
Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW
Maulid Nabi adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW yang jatuh setiap 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriah. Perayaan ini menjadi momen penting bagi umat Islam di seluruh dunia untuk memperkuat rasa cinta, hormat, dan teladan kepada Rasulullah. Dalam tradisi keagamaan, Maulid Nabi tidak hanya sekadar acara seremonial, tetapi juga menjadi media untuk menumbuhkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW.
Berdasarkan keterangan dari buku Sejarah Maulid Nabi (2015) karya Ahmad Sauri, tradisi memperingati Maulid Nabi sudah berlangsung sejak abad ke-2 Hijriah. Sejak saat itu, umat Islam mulai menjadikan hari kelahiran Rasulullah sebagai sarana mengenang perjuangan beliau dalam menyiarkan agama Islam. Peringatan ini juga menjadi pengingat akan akhlak mulia, keteladanan, serta nilai-nilai perjuangan Nabi Muhammad SAW yang relevan sepanjang zaman.
Di Indonesia, peringatan Maulid Nabi dirayakan dengan beragam tradisi keagamaan. Masyarakat Jawa biasanya melaksanakan pembacaan manakib Nabi SAW dengan menggunakan berbagai kitab, seperti Barzanji, Simthud Durar, Diba', Syaroful Anam, hingga Burdah. Selain itu, berbagai kegiatan Islami seperti pengajian, dzikir bersama, hingga pembagian sedekah juga sering menjadi bagian dari rangkaian acara Maulid.
Sejarah dan Hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW
Maulid Nabi adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW yang umumnya diperingati pada 12 Rabiul Awal tahun Hijriah. Bagi umat Islam, momen ini tidak hanya sekadar perayaan, melainkan juga bentuk rasa syukur serta wujud cinta kepada Rasulullah. Ada beragam pendapat mengenai kapan pertama kali peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dilakukan.
Sebagian sejarawan menyebut tradisi ini bermula pada masa kekuasaan Dinasti Fatimiyah. Pendapat lain menyatakan bahwa perayaan Maulid mulai berkembang sejak masa pemerintahan Salahudin Al-Ayyubi. Menurut catatan Ahmad Tsauri dalam buku Sejarah Maulid Nabi yang dikutip dari jabar.nu.or.id, perayaan Maulid bahkan telah dilakukan sejak tahun kedua Hijriah. Pendapat ini merujuk pada kitab Wafa’ul Wafa bi Akhbar Darul Mustafa karya Nuruddin Ali.
Salah satu tokoh berpengaruh dalam penyebaran tradisi Maulid adalah Khaizuran atau Jurasyiyah binti 'Atha (170 H/786 M). Beliau adalah istri dari Khalifah al-Mahdi bin Mansur al-Abbas sekaligus ibu dari Amirul Mukminin Musa al-Hadi dan al-Rasyid. Diceritakan, Khaizuran pernah berkunjung ke Madinah dan memerintahkan penduduk setempat untuk memperingati Maulid Nabi di Masjid Nabawi. Tidak hanya di Madinah, ia juga melanjutkan perintah yang sama kepada masyarakat Makkah agar merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW di rumah-rumah mereka.
Latar belakang perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW adalah untuk menjaga semangat keteladanan Rasulullah. Dengan pengaruh yang besar, Khaizuran berhasil menggerakkan umat Islam agar terus mengingat ajaran dan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini kemudian menyebar luas dan terus dipertahankan hingga saat ini.
Mayoritas ulama berpendapat bahwa Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada 12 Rabiul Awal Tahun Gajah (570 Masehi). Oleh karena itu, setiap tanggal tersebut umat Islam memperingati kelahiran Rasulullah sebagai momen penting penuh makna. Perayaan ini menjadi ajang untuk merefleksikan nilai-nilai kehidupan Nabi Muhammad SAW, termasuk kesabaran, keadilan, dan kasih sayang yang menjadi pedoman bagi umat Islam.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!