
Kabar Gembira untuk PSIS Semarang
PSIS Semarang kini menghirup angin segar setelah FIFA resmi mencabut sanksi registration ban yang sempat menimpa klub tersebut. Sanksi ini diberikan karena adanya tunggakan gaji kepada mantan pemain asing, Vitinho. Sebelumnya, PSIS tidak bisa mendaftarkan pemain baru hingga masalah ini terselesaikan.
Kasus ini berawal dari laporan Vitinho ke FIFA terkait tunggakan gajinya. Akibatnya, PSIS dijatuhi larangan pendaftaran pemain baru. Namun, kini situasi telah berubah. Informasi tentang pencabutan sanksi pertama kali muncul melalui akun Instagram @kabarmahesajenar (KMJ). Meski begitu, kabar ini hanya benar-benar diakui setelah situs resmi FIFA dapat diakses kembali dengan normal.
“Kabar pencabutan sanksi ini sebenarnya sudah KMJ terima beberapa waktu lalu. Namun sejak beberapa hari lalu hingga pagi tadi website FIFA yang memuat list masih tidak diakses dengan normal. Kini, sudah jelas PSIS bebas dari sanksi,” tulis KMJ.
Bagi para suporter, lepasnya sanksi ini menjadi angin segar. Mereka kini berharap PSIS bisa kembali mendaftarkan pemain anyar untuk menghadapi Liga 2 musim ini. Namun, euforia belum sepenuhnya terwujud. Suporter merasa manajemen PSIS belum menunjukkan keseriusan dalam proses transfer.
Tidak ada nama besar yang didatangkan, padahal target utama fans adalah kembali promosi ke Liga 1 setelah musim lalu terdegradasi. Dua legiun asing telah resmi bergabung dengan PSIS. Pertama, Camilo Andres Sanches, striker asal Kolombia yang sebelumnya memperkuat klub Malta, Melita. Pemain berusia 24 tahun ini datang dengan nilai pasar sekitar Rp2,61 miliar menurut Transfermarkt.
Kedua, PSIS merekrut Marko Ivanovic, bek jangkung asal Montenegro yang memiliki tinggi badan 1,94 meter. Ivanovic sebelumnya membela Gresik United di kompetisi Liga 2 dan kini diboyong ke Semarang dengan market value sekitar Rp1,30 miliar.
Meskipun pemain yang didatangkan bukan nama besar, suporter masih menantikan gebrakan transfer berikutnya. Kuota untuk pemain asing Liga 2 ada 3 pemain, jadi PSIS masih memiliki 1 slot pemain asing.
Tanpa kehadiran pemain lokal berpengalaman atau bintang besar, banyak yang meragukan PSIS mampu bersaing ketat di Liga 2 musim ini. Target PSIS masih belum jelas. Sejauh ini, manajemen PSIS belum memberikan pernyataan tegas terkait target mereka. Situasi ini menimbulkan spekulasi di kalangan fans bahwa klub mungkin hanya ingin bertahan di Liga 2 tanpa ambisi langsung untuk promosi ke kasta tertinggi.
Namun, melihat tradisi dan dukungan publik Semarang, tekanan untuk segera kembali ke Liga 1 jelas tidak bisa dihindari. Bagi fans, degradasi musim lalu menjadi pukulan berat dan mereka berharap musim ini PSIS segera kembali promosi.
Dicabutnya sanksi FIFA bisa menjadi momentum kebangkitan. Manajemen kini punya ruang lebih leluasa untuk bergerak di bursa transfer. Masih ada waktu bagi PSIS untuk mendatangkan nama-nama baru, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Beberapa kalangan menilai, keberadaan Camilo dan Ivanovic bisa menjadi pondasi awal. Namun, agar bisa benar-benar bersaing, PSIS butuh tambahan pemain kunci yang bisa menjadi pembeda di lapangan. Tak hanya di lini depan atau belakang, sektor gelandang kreatif juga dinilai wajib didatangkan.
Perjalanan di Liga 2 musim ini tentu tidak mudah. Banyak tim dengan ambisi besar untuk promosi, mulai dari klub-klub bersejarah hingga tim yang mendapat suntikan dana segar dari investor. Dengan kondisi tersebut, PSIS dituntut tampil konsisten dan tidak boleh terlena hanya karena sudah terbebas dari sanksi. Faktor mental juga akan sangat berpengaruh. Degradasi musim lalu jelas meninggalkan luka, dan kini saatnya PSIS menunjukkan karakter sebagai salah satu tim besar yang memiliki sejarah panjang di Indonesia.
Lepasnya sanksi pendaftaran pemain dari FIFA menjadi kabar gembira bagi PSIS Semarang. Tim kini sudah bisa mendaftarkan pemain anyar untuk menghadapi kompetisi Liga 2. Namun, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dituntaskan, terutama terkait kualitas rekrutan pemain. Boikot suporter dalam mendukung PSIS sungguh membuat performa PSIS kurang garang.
Tanpa adanya suporter yang mendukung pemain seperti kehilangan semangat. Sedangkan tuntutan suporter sendiri sampai saat ini belum dipenuhi oleh manajemen. Sampai saat ini konflik antara manajemen dan suporter ini terlihat belum akan selesai. Bahkan tahun lalu CEO PSIS Semarang Yoyok Sukawi sempat berkonflik dengan Mantan Ketua Umum Panser Biru Kepareng alias Wareng. Yoyok Sukawi melaporkan Wareng ke kepolisian karena dianggap mencemarkan nama baik.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!