Rezim Kim Jong-Un Merespons Tembakan Peringatan Tentara Korea Selatan ke Korea Utara

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Rezim Kim Jong-un Menganggap Tembakan Peringatan sebagai Provokasi Serius

Rezim Kim Jong-un merespons tindakan militer Korea Selatan yang menembakkan tembakan peringatan ke arah tentara Korea Utara di perbatasan. Pejabat militer Korea Utara pada hari Sabtu (23/8/2025) menyatakan bahwa tindakan tersebut merupakan provokasi serius yang dilakukan oleh pihak lawan.

Menurut laporan dari sumber independen, Wakil Kepala Staf Jenderal Angkatan Bersenjata Korea Utara, Ko Jong-chol, mengungkapkan bahwa tembakan peringatan yang terjadi pada hari Selasa (19/8/2025) berlangsung bersamaan dengan latihan militer musim panas antara Korea Selatan dan Amerika Serikat. Ia juga menuduh bahwa Korea Selatan sengaja melakukan tindakan tersebut untuk meningkatkan ketegangan di kawasan.

Dalam beberapa bulan terakhir, militer Korea Selatan kerap menggunakan pengeras suara peringatan serta menembakkan tembakan peringatan untuk mencegah tentara Korea Utara melewati garis demarkasi militer. Insiden yang terjadi pada Selasa ini sebagian besar dianggap sebagai kecelakaan. Hal ini dikarenakan pasukan Korea Utara sedang membangun penghalang anti-tank, menanam ranjau, dan melakukan pekerjaan lain untuk memperkuat pertahanan perbatasan.

Ko Jong-chol menyatakan bahwa saat insiden terjadi, tentara Korea Utara sedang menjalani proyek pembangunan penghalang untuk memblokir perbatasan selatan secara permanen. Proyek ini merupakan bagian dari upaya lebih luas untuk memisahkan sepenuhnya wilayah antara kedua negara.

Pada saat itu, Korea Selatan merespons dengan peringatan audio dan tembakan peringatan. Ko menyebutkan bahwa Korea Utara telah memberi tahu pasukan AS di Korea Selatan tentang rencana mereka melakukan pekerjaan perbatasan pada 25 Juni dan 18 Juli. Tujuannya adalah untuk mencegah bentrokan yang tidak disengaja.

“Sebagai komandan yang bertanggung jawab atas pengelolaan dan keamanan perbatasan selatan, saya dengan tegas menuntut (Korea Selatan) untuk segera menghentikan provokasi berbahaya yang bertujuan menjadikan proyek pembangunan penghalang di perbatasan selatan yang diperlukan untuk mempertahankan kedaulatan kami sebagai alasan untuk meningkatkan ketegangan,” ujar Ko dalam pernyataannya.

Beberapa waktu setelah pernyataan Ko, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengonfirmasi bahwa mereka telah melakukan tembakan peringatan ke arah tentara Korea Utara. Mereka menyampaikan bahwa para tentara Korea Utara sempat melintasi garis demarkasi militer di wilayah perbatasan saat melakukan pekerjaan konstruksi tertentu. Namun, militer Korea Selatan menyatakan bahwa tentara tersebut kembali ke wilayah Korea Utara tanpa ada insiden, dan pihak utara tidak melakukan balasan.

Permusuhan antar-Korea semakin tinggi setelah Kim Jong-un terus memamerkan kemampuan nuklir militernya. Selain itu, Korea Utara juga bersekutu dengan Rusia terkait perang di Ukraina. Kim Jong-un pun mengecam latihan militer Korea Selatan-AS serta kebijakan garis keras pemerintahan konservatif Seoul di era Yoon Suk-yeol.

Pada tahun lalu, Kim Jong-un menyatakan bahwa Korea Utara telah mengabaikan tujuan jangka panjangnya, yaitu penyatuan damai antara kedua Korea. Ia juga memerintahkan penulisan ulang konstitusi Korea Utara untuk menandai Korea Selatan sebagai musuh abadi.

Pemerintah Kim Jong-un hingga kini masih menolak tawaran diplomatik dari Presiden liberal anyar Seoul, Lee Jae-myung. Pada pekan lalu, Lee Jae-myung menyatakan bahwa Seoul berusaha memulihkan perjanjian militer antar-Korea tahun 2018, yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan perbatasan.